Minggu, 04 Juni 2017





 MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG ADAB MEMBACA 
AL QURAN MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK 
BAGI SISWA  KELAS VII MTS AL BADAR
KOTA TANJUNGBALAI

SKRIPSI
Di ajukan untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan
Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai
 Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Tarbiyah

OLEH :
SURIANI
NPM : 1301020100

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
      PEMBIMBING I                                                   PEMBIMBING II



Drs.H. Hubban Rangkuti,M.Si                   Drs. H. Makmur Syukri,M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM
ASAHAN - KISARAN
2017





MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG ADAB MEMBACA 
AL QURAN MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK 
BAGI SISWA  KELAS VII MTS AL BADAR
KOTA TANJUNGBALAI

SKRIPSI
Di ajukan untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan
Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai
 Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Tarbiyah

OLEH :
SURIANI
NPM : 1301020100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM





FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM
ASAHAN - KISARAN
2017





KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Swt atas berkat dan rahmat yang di berikan, sehingga masih dalam keadaan sehat dan tenang dalam melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini. Kemudian shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW atas bimbingan dan petunjuk beliaulah sehingga kita dapat hidup dialam yang terang benderang ini.
Dalam penelitian ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Ini tidak lain karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki masih sedikit. Namun berkat bimbingan dari Bapak Dosen khususnya Bapak Drs.H.Hubban Rangkuti,M.Si selaku pembimbing I,dan Bapak Drs. H.Makmur Sukri,M.Pd selaku pembimbing II, sehingga penulis terus dapat petunjuk dalam penyelsaian skripsi ini dan dapat memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dan mendapat gelar sarjana S-1 di fakultas Tarbiyah IAIDU Asahan Kisaran.
Dalam kesempatan ini penuls banyak mengucapkan terima kasih kepada pihak yang menyumbangkan saran dan kritik terutama kepada :
1.        Bapak Drs. H.A. Muin Isma selaku rektor IAIDU Asahan Kisaran.
2.        Bapaka Drs. Imran, MA sebagai Dekan Tarbiyah IAIDU Asahan Kisaran
3.        Bapak Drs.H.Hubban Rangkuti,M.Si selaku pembimbing I dalam menyelesaikan skripsi yang telah memberikan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi ini.
4.        Bapak Drs.H.Makmur Sukri,M.Pd selaku pembimbing II dalam menyelsaikan skripsi yang telah memberikan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi ini.
5.        Bapak dan ibu Dosen serta seluruh staf pegawai IAIDU Asahan kisaran yang telah banyak memberikan pengarahan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama kuliah di IAIDU Asahan kisaran.
6.        Seluruh teman teman kuliah yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis selama kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.
7.        Seluruh keluarga tercinta penulis yang telah memberikan dorongan baik materi maupun spritual kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Mudah mudahan mereka mendapat naungan dari Allah SWT. Selanjutnya terima kasih kepada segenap keluarga yang telah membantu penulis. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan rekan atas dorongan yang di berikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan memohon ampunan kepada Allah SWT dan mengharapkan kepada segenap pembaca dapat mengambil hikmah dari apa yang telah tertulis di dalam skripsi ini. Kemudian dengan lapang dada mau memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan memperluas pengalaman dimasa yang akan datang. Wassalam.


Tanjungbalai,   Maret  2017 
Penulis,


SURIANI 
NPM : 1301020100






DAFTAR ISI
Judul                                                                                                                                                   Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................        i
DAFTAR ISI  .......................................................................................      iii          
DAFTAR TABEL................................................................................       v
DAFTAR GAMBAR............................................................................      vi          
BAB I  : PENDAHULUAN.................................................................        1
A.    Latar Belakang Masalah.......................................................      1
B.     Identifikasi Masalah..............................................................      5
C.    Rumusan Masalah.................................................................       5
D.    Batasan Masalah....................................................................      6
E.     Tujuan Penelitian...................................................................       8
F.     Manfaat Penelitian.................................................................      9
BAB II  : LANDASAN TEORITIS....................................................      10
A.      Pengertian Metode Diskusi kelompok.................................    10
B.       Adab Membaca Al Quran....................................................      17
C.      Langkah-langkah Penggunaan
Metode Diskusi Kelompok...................................................    26
D.    Hipotesa......................................................................................                29
BAB III  :  METODE PENELITIAN.................................................      30
A.    Lokasi Penelitan........................................................................      30
B.     Subjek Penelitan........................................................................      30
C.    Prosedur Kerja Penelitian........................................................      30
D.    Instrument Penelitian................................................................      35
E.     Tehnik Analisis Data.................................................................      40
BAB IV  : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............43
A.    Hasil Penelitian Prasiklus..........................................................      43
B.     Siklus I........................................................................................      47
C.    Siklus II......................................................................................      56
D.    Pembahasan ..............................................................................      66
BAB V  : PENTUP........................................................................... 69
A.    Kesimpulan................................................................................      69
B.     Saran-Saran...............................................................................      71
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN




DAFTAR TABEL
Judul                                                                                                                                                   Halaman
Tabel 3.1   Penilaian dalam mengetahui adab
                   membaca Al Quran ......................................................           35
Tabel 3.2   Observasi aktifitas siswa pada kegiatan belajar.........           36
Tabel 3.3   Observasi Pengamatan Kegiatan guru........................           37
Tabel 3.4   Jurnal guru....................................................................           38
Tabel 3.5   Jurnal Siswa...................................................................           39
Tabel 4.6   Nilai hasil tes awal siswa mengetahui materi
                   adab membaca Al  Quran.............................................           45
Tabel 4.7   Nilai hasil tes siswa mampu mengetahui materi
                   Adab membaca Al Quran Siklus I...............................           49
Tabel 4.8   Nilai hasil tes siswa mampu mengetahui materi
                   Adab membaca Al Quran Siklus II..............................           58
Tabel 4.9   Rekapitulasi Hasil Belajar.............................................           68         




DAFTAR GAMBAR
Judul                                                                                                                                                   Halaman
Gambar 3.1   Bagan Siklus Penelitan.............................................      31
Gambar 4.1   Kegiatan Siswa Sedang Melakukan Diskusi Siklus I  54
Gambar 4.2   Siswa Menyampaikan Hasil Diskusi
                        Kelompoknya Pada Siklus I.....................................      55
Gambar 4.3   Kegiatan Siswa Ketika Mengemukakan Gagasan
                        Pada Siklus I..............................................................      55
Gambar 4.4   Siswa Membuat Kesimpulan dibantu Guru Peneliti
                        Siklus II......................................................................      63
Gambar 4.5   Satu Kelompok Maju ke Depan Kelas....................      64  
Gambar 4.6   Siswa Sedang Mengajukan Gagasan pada Siklus II   65














BAB I

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
            Setiap manusia pasti pernah mengalami sebuah proses pendidikan. Seringkali manusia dalam menempuh pendidikan, makna dan hakikat tentang pendidikan yang sebenarnya terlupakan, hal ini terjadi karena manusia memandang pendidikan sebagai kewajiban yang harus ditempuh, bukan sebagai kebutuhan[1]. Hal ini tidak sesuai dengan defenisi pendidikan yang sudah tercantum bahwa pendidikan menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata dasar “didik” (mendidik). Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu/kelompok tertentu melalui kegiatan pengajaran dan /atau pelatihan, yang berlangsung sepanjang hidup di berbagai lingkungan belajar dalam rangka mempersiapkan manusia agar dapat memainkan peran secara tepat.[2]
Tujuan pendidikan disebutkan pada bab II pasal 2 UU Sisdiknas untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab[3]. Untuk terselenggaranya tujuan pendidikan itu, maka dilakukanlah proses pembelajaran . Proses pembelajaran menciptakan hasil belajar yang telah dilalui peserta didik selama mengikuti pembelajaran yang telah dilakukan, baik atau tidaknya hasil yang diperoleh menentukan perubahan yang terjadi pada siswa tersebut.
Perubahan baik atau buruknya siswa tersebut, tidak terlepas dari peran seorang guru sebagai tokoh sentral dalam proses pembelajaran sebagai motivator, dan sebagai fasilator yang dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pengajaran.
Perencanaan yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan tema pembelajaran yang mudah menyerap apa yang disampaikan oleh guru dan tidak membingungkan siswa. kenyataan dalam dunia pendidikan banyak sekali guru – guru yang menyampaikan materi pelajaran tidak cocok  dengan metode yang digunakan dengan materi yang diajarkan dan ada juga seorang guru hanya menggunakan satu metode saja yaitu ceramah, tanpa menggunakan alat peraga dan tidak melibatkan siswa, sehingga siswa merasa bosan, dan cendrung tidak memperhatikan penjelasan guru didepan kelas, dan akhir dari hasil belajar yang didapat siswa menjadi kurang baik dalam pelajaran yang telah dilakukan. Bukan saja permasalahan itu diperoleh dari guru saja melainkan siswa juga terlibat buruk atau bagusnya hasil yang diperoleh mereka, disebabkan siswa cendrung acuh pada materi tersebut dan kondisi fisik maupun batin siswa yang terkadang berubah rubah tergantung mood mereka saat itu sehingga kurang berminatnya pada pelajaran tersebut.
Permasalahan tersebut juga terjadi di kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai pada materi adab membaca Al Quran siswa tersebut masih acuh tak acuh untuk mengikuti pembelajaran yang berlangsung, waktu yang disediakan kurang mencukupi atau kurangnya motivasi yang dilakukan guru kepada siswa, karena seorang guru hanya bersifat sebagai tenaga pengajar yang hanya menyampaikan pengetahuan kepada siswa bukan sebagai tenaga pendidik yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.[4]
Padahal materi adab membaca Al Quran sangat penting untuk diketahui para siswa karena memiliki nilai pengetahuan, dengan pengetahuan tersebut bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang nantinya bisa berguna bukan saja disekolah tetapi di luar sekolah. sedangkan Al Quran mempunyai nilai ibadah jika mau membacanya agar mendapatkan syafa’at dari Allah.
Berdasarkan masalah yang dikemukakan diatas, maka digunakanlah metode diskusi kelompok, dengan tujuan untuk merangsang siswa berpikir , mengeluarkan pendapat sendiri, menyelesaikan tugas secara kooperatif, saling membantu dalam menyelesaikan masalah dan berpartisipasi dalam diskusi[5].
Menurut Zuhairani metode diskusi kelompok digunakan untuk merangsang siswa berpikir dan mengeluarkan pendapat sendiri serta ikut menyumbangkan pikiran dalam suatu masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban[6].
Agar bekerja efektif dalam sebuah kelompok, para siswa harus menerapkan sejumlah kemampuan kerja kelompok. Kemampuan ini meliputi kemampuan sosial, seperti mendengar, berbagi, dan mendukung aktif; kemampuan menjelaskan, yang menyampaikan pemahaman dan makna dalam tugas-tugas akademik; dan kemampuan kepemimpinan, seperti merencanakan dan memperlihatkan insiatif dan antusiasme, waktu yang dihabiskan dalam mendiskusikan dan memainkan peran kemampuan tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan dengan baik,
Dengan demikian menurut peneliti di duga bahwa penggunaan metode diskusi kelomok, memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran pendidikan agama islam pada materi adab membaca Al Quran, seperti :
1)        Dengan metode ini siswa-siswi dapat menghayati dengan sepenuh hatinya mengenai pelajaran yan diberikan.
2)        Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan kemaun siswa.
3)        Perhatian siswa akan terpusat kepada apa yang didiskusikan
4)        Dengan metode ini sekaligus masalah-masalah yang mungkin timbul dalam hati siswa dapat langsung terjawab.
5)        Akan mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan, karena siswa mendiskusikannya langsung terhadap masalah yang dibahas.[7]
Oleh karenanya, penulis tertarik untuk meneliti secara khusus dan mendalam dengan mengajukan judul penelitian, yakni :
“MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG ADAB MEMBACA AL QURAN MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK BAGI SISWA KELAS VII MTS AL BADAR KOTA TANJUNGBALAI”.
B.   Identifikasi Masalah
Hal yang dimaksud dengan identifikasi masalah dalam peneliti adalah daftar dari permasalahan yang ada dan muncul sebelum penelitiannya dimulai.[8]
1)        Dalam mengikuti pelajaran, banyak siswa tidak aktif dan hanya bengong saja
2)        Ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, beberapa orang siswa kelihatan menguap, ini suatu tanda bahwa pembelajaran tidak menarik perhatiannya
3)        Ketika mengikuti proses pembelajaran, beberapa siswa mengobrol dengan temannya.

C.   Rumusan Masalah
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah bagaimanakah meningkatkan pengetahuan tentang adab membaca Al Quran melalui metode diskusi kelompok bagi siswa kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai.
Sedangkan rumusan masalah didalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)        Apakah penggunaan metode diskusi kelompok pernah dilaksanakan di kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai ?
2)        Apakah melalui metode diskusi kelompok pada materi adab membaca Al Quran mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai membuat suasana pembelajaran menjadi aktif ?
3)        Apakah dengan menggunakan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mengetahui adab membaca Al Quran mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai ?
Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat penggunaan metode diskusi kelompok dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang adab membaca Al Quran kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai ?

D. Batasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan salah penafsiran terhadap konsep-konsep dalam penelitian ini maka peneliti memberikan batasan-batasan sebagaimana berikut ini:
1.        Meningkatkan, adalah menaikkan (derajat,tahap), sedangkan “pengetahuan”adalah segala sesuatu yang diketahui kepandaian. Jadi, kesimpulannya dari  meningkatkan pengetahuan adalah taraf seseorang memperoleh informasi melalui pemahaman dan potensi yang ada pada diri seseorang untuk dikembangkan[9].
Dengan demikian, maka meningkatkan pengetahuan disini adalah menaikkan kemampuan siswa mengetahui adab membaca Al Quran.
2.        Adab adalah sopan[10]. Sedangkan yang di maksud penulis adalah tata cara sebelum membaca Al Quran ,seperti :
a.         membaca dalam keadaan suci duduk yang sopan dan tenang
b.        membacanya dengan pelan (tartil), dan tidak cepat ,supaya dapat dipahami ayatnya.
c.         membacanya dengan khsuyu, dengan menangis trenyuh karena sentuhan pengaruh ayat yang di baca sehingga menyentuh jiwa dan perasaan .
d.        membaguskan suaranya ketika membaca.
e.         Menghadap kiblat
f.         Menghormati Al Quran
g.        Merendahkan hati (tawadhu)
3.        Metode diskusi  kelompok adalah “cara penyajian pelajaran, dimana siswa di harapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk di bahas dan di pecahkan bersama[11]”. Sedangkan yang di maksud penulis adalah penggunaan metode diskusi yang di laksanakan guru mata pelajaran Akidah Akhlak yang meliputi perencanaan penggunaan metode diskusi kelompok, pelaksanaan penggunaan metode diskusi kelompok, tindak lanjut penggunaan metode diskusi dan kemampuan guru sebagai pimpinan diskusi di MTs Al Badar Kota Tanjungbalai.
4.        Siswa adalah
Sedangkan fokus masalah di dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan siswa setelah melakukan metode diskusi kelompok dalam materi adab ketika membaca Al Quran di MTs Al Badar Kota Tanjungbalai, apakah ada perubahan atau kemunduruan.

E. Tujuan Penelitian
Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan masalah yaitu :
1.        Untuk mengetahui apakah penggunaan metode diskusi kelompok pernah di laksanakan di kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai .
2.        Untuk mengetahui apakah melalui metode diskusi  kelompok pada materi pelajaran Adab membaca Al Quran mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas VII MTs. Al Badar Kota Tanjungbalai membuat suasana pembelajaran menjadi aktif.
3.        Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam  mengetahui adab membaca Al Quran mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas VII MTs. Al Badar Kota Tanjungbalai.
4.        Untuk mengetahui Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat penggunaan metode diskusi kelompok dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang adab membaca Al Quran kelas VII MTs. Al Badar Kota Tanjungbalai .


E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.        Bagi penulis berguna sebagai memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana S1 dalam ilmu Tarbiyah fakultas Tarbiyah IAIDU Asahan.
2.        Sebagai landasan masukan bagi guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam menggunakan metode diskusi  kelompok di kelas VII MTs. Al Badar Kota Tanjungbalai, sehingga tujuan yang hendak di capai dapat terlaksana dengan efektif dan efesien.
3.        Bagi siswa mendapat pengalaman aktif dalam pemebelajaran.
4.        Bagi sekolah bangga mempunyai siswa yang berprestasi yang tinggi.




BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.      Pengertian Metode Diskusi Kelompok
Ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa pakar pendidikan tentang metode diskusi kelompok, yaitu suatu metode didalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya secara berkelompok,sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku siswa.[1]
Sedangkan menurut HM. Suparta : metode diskusi kelompok adalah pada dasarnya merupakan kegiatan tukar menukar informasi,pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dan dibagi atas beberapa kelompok kecil.[2]
Adapun menurut Chalijah Hasan : metode diskusi kelompok adalah Sebagai suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok dan dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu.[3]
Dari beberapa pendapat diatas,maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi kelompok adalah cara penyajian pelajaran dengan membagi kelompok-kelompok kecil yang membahas masalah yang telah ditentukan dan saling berargumentasi secara rasional dan objektif.
Metode diskusi kelompok,baik digunakan untuk merangsang siswa dalam belajar dan berpikir kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah. Didalam melaksanakan metode diskusi ini, maka terdapat beberapa kelebihan dan kekurangannya. Adapun beberapa kelebihan dalam penggunaan metode diskusi kelompok tersebut adalah sebagai berikut :
1)        Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuan masing-masing, dapat mendorong anak untuk mengemukakan ide-ide baru.
2)        Dapat memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki siswa.
3)        Membantu siswa untuk dapat menilai kemampuan dirinya, teman-temannya dan juga siswa dapat menghargai pendapat teman.
4)        Mengembangkan motivasi anak untuk belajar lebih lanjut.[4]
Sedangkan kekurangan dari penggunaan metode diskusi kelompok tersebut adalah :
1)        Apabila diskusi tidak direncanakan dengan matang, kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut masalah yang dipecahkan,bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang,sehingga memerlukan waktu yang panjang. Untuk mengatasi hal ini instruktur harus benar-benar menguasai masalahnya dan mampu mengarahkan pembicaraan,sehingga membatasi waktu yang diperlukan.
2)        Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis yang tidak terlepas dari fakta-fakta dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja. Maka siswa dapat menerima dengan akalnya itu pun  tergantung pada kematangan,pengalaman dan pengetahuan siswa.
3)        Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
4)        Peserta mendapat informasi yang terbatas.
5)        Mungkin dikuasi orang-orang yang suka berbicara.
6)        Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.[5]
Agar metode diskusi kelompok dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan,maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru mata pelajaran Akidah Akhlak, baik sebelum,selama atau sesudah proses metode diskusi dilaksanakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah :
a.         Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting, judul atau masalah yang akan didiskusikan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
b.        Dengan pimpinan guru,para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi,memilih pimpinan diskusi (ketua,sekretaris,pelapor) mengatur tempat duduk, ruangan sarana dan sebagainya, pimpinan diskusi sebaiknya dari kalangan siswa itu sendiri dan yang memiliki kreteria  sebagai berikut:
1)        Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan.
2)        Disenangi oleh teman-temannya.
3)        Lancar berbicara.
4)        Dapat bertindak tegas, adil dan demokratis.
c.         Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru memperhatikan dari kelompok-kelompok yang satu ke kelompok yang lain (kalau ada lebih dari satu kelompok), dan sekaligus menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan dengan lancar setiap anggota kelompok tahu persis apa yang hendak didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi dan diskusi berjalan dalam suasana sportif.
d.        Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Dan tugas guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
e.         Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.[6]
Menurut Robert E. Slavin, ada beberapa 6 tahap yang cukup bersifat umum untuk dapat mengaplikasikan dalam skala kondisi kelas yang luas, sebagai berikut :

Tahap 1: Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid Ke dalam Kelompok
a.         Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik,dan mengkategorikan saran-saran.
b.        Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.
c.         Komposisi kelompok di dasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.
d.        Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.
Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari
a.         Para siswa merencanakan bersama mengenai:
Apa yang kita pelajari ?, bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa/ (pembagiaan tugas), untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topic ini?
Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi
a.         Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan
b.        Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya
c.         Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis semua gagasan

Tahap : 4 Menyiapkan Laporan Akhir
a.         Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka
b.        Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
c.         Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
Tahap  : 5 Mempresentasikan Laporan Akhir
a.         Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk
b.        Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif
c.         Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kreteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
Tahap 6 : Evaluasi
a.         Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka
b.        Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa
c.         Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi[7]

Dengan demikian, jelaslah bawa metode diskusi kelompok dipergunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan diskusi ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai  alternativ pemecahan atas suatu masalah, khususnya dalam mata pelajaran Akidah Akhlak.
Sedangkan dalam Kalamullah, menjelaskan tentang pengertian metode diskusi dalam Qs. Ali Imron ayat 159 yang berbunyi :
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  
Artinya :
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya[8]

Dalam ayat diatas digambarkan metode diskusi kelompok merujuk pada akar kata wa syawirhum yang artinya bermusyawarahlah dengan mereka, hal ini mengindikasikan bahwa adanya proses interaksi untuk mendiskusikan persoalan dengan siapapun yang memiliki persoalan dengan diri kita sendiri. Dasar ini juga berlaku dalam proses  pembelajaran, dimana persoalan-persoalan yang ada dalam pembelajaran dapat diselesaikan dengan berdiskusi atau bermusyawarah.

B.       Adab Membaca Al Quran
Alquran adalah kitab Allah yang menjadi mukjizat, yang diturunkan kepada junjungan kita Muhammad Saw, yang dengan membacanya dihitung ibadah[9].
Seperti sabda Rasullah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى قَال سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ كَعْبٍ الْقُرَظِيَّ قَال سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ   
Artinya :
Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al Quran), maka Allah menuliskan untuknya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipat gandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, dan mim satu huruf[10](H.R Tarmidzi)

Di dalam hadist ini terdapat penjelasan tentang berlipat gandanya kebaikan orang yang membaca Al Quran dan sesungguhnya membaca Al Quran itu lebih besar pahalanya dari pada dzikir (selain dari Al Quran).
Al Quran juga sebagai petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat di dunia dan akhirat dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan syafa’at dari Allah Swt :
Rasullah bersabda :
القرآ ن شا فع مشفع، وما حل مصدق، من جعله أما مه قاده إلى   الجنۃ، و من جعله خلفه سا قه إ لى النار
Artinya :
Al Quran adalah pemberi syafa’at yang dimintai syafa’at, lawan diskusi yang dibenarkan. Barangsiapa yang menjadikannya didepannya, ia pasti menuntunnya ke surga, dan barangsiapa yang menjadikannya di belakangnya, ia pasti menghalaunya ke neraka (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi, Shahih al-Jami’)[11].

Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang mengamalkan Al Quran dan membacanya dengan cara yang baik adalah penjamin masuk surga dan keselamatan dari api neraka.
Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi keutamaan mempelajari Al Quran. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw berikut:
خير كم من تعلم ا اقرآ ن وعلم


Artinya :
Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarinya .[12]
Dalam hadist tersebut terdapat kabar gembira bagi para penghafal Al Quran yang mengamalkannya, serta mengajarkannya, maka selamat dan beruntunglah mereka dengan kemenangan yang besar.
Seyogianya seorang muslim memaksudkan dalam membaca dan memahami Al Quran untuk meraih ridha Allah, untuk meraih pahala Nya dan menjauhkan diri dari nereka Nya, bukan membaca demi mendapatkan pujian dan sanjungan serta untuk menyanyangi orang lain. Jangan sampai membaca demi diagungkan manusia,agar mendapatkan harta, dan agar diutamakan dalam berbagai cara. Sebab, jika ia memaksudkan untuk itu maka Allah akan mengharamkan dari pahala-Nya dan menyiapkan siksa-Nya yang pedih.
Rasullah bersabda,siapa mencari ilmu untuk pamer pada orang-orang bodoh atau untuk menyanyingi ulama atau untuk menarik perhatian manusia kepadanya, maka sungguh tempatilah tempatnya di neraka (HR Tarmidzi)[13].
Namun, sebelum seorang muslim membaca, menghafal, dan mengajarkannya Al Quran kepada orang lain ada tata krama untuk menghadap Al Quran dengan adab yang sesuai dengan keagungan kalam Tuhan-Nya. Diantara adab tersebut adalah sebagai berikut :
1.        Di Sunnahkan Membaca Al Quran dalam Keadaan Suci
Allah Ta’ala berfirman:
žw ÿ¼çm¡yJtƒ žwÎ) tbr㍣gsÜßJø9$# ÇÐÒÈ  
Artinya : Tiada yang menyentuhnya selain orang-orang yang di sucikan.
 (QS al- Waqiah [56]:79).[14]
Jika kita simak ayat ini secara lahiriah, kurang etis rasanya kalau kita menyentuh mushaf Al Quran tanpa bersuci (wudhu) terlebih dahulu, apalagi dalam segi batiniah. hati kita suci dari segala dosa (penyakit hati), lalu kita sinari hati kita dengan cahaya keagungan dan kemuliaan kalamullah, dan termasuk unsur ibadah.
Sebagaimana halnya Al Quran tidak boleh disentuh dengan tangan kotor karena dianggap kurang etis, maka membaca Al Quran dengan lidah dan mulut yang tersentuh oleh bacaan Al Quran dari lidah dan mulut yang kotor. Jadi, kesucian batin haruslah diawali dengan kesucian lahir.
2.    Menghadap Kiblat
Disunahkan membaca Al-Quran diluar shalat dengan menghadap kiblat karena sebaik-baiknya majejelis adalah menghadap kiblat[15]. Seiring dengan itu pembaca al-Quran hendaknya duduk dengan tenang, penuh kekhusyuan, dan menundukan kepala pertanda khidmat. Inilah sikap yang paling mulia dan sempurna. Namun demikian, membaca al-Quran sambil berdiri,berbaring, atau tiduran, tetap dibolehkan dan berpahala. Allah ‘Azza wa jalla berfirman:
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ   tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ  
Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka ( Q.S Ali Imran 190-191)[16].
Yang tidak diperbolehkan dalam membaca Al Quran ditempat yang najis,kotor,atau hina seperti kamar mandi,tempat buang air besar atau buang air kecil, karena tempat itu termasuk kumpulan bermukimnya setan dan jin.
3.  Membacanya dengan pelan (Tartil)
Al Quran harus dibaca dengan tartil sebagaimana diperintahkan oleh Allah Swt, dalam Surat Al Muzammil ayat 4 :
÷rr& ÷ŠÎ Ïmøn=tã È@Ïo?uur tb#uäöà)ø9$# ¸xÏ?ös? ÇÍÈ  

Artinya :
Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.[17]
Namun hal itu jika kita membacanya dengan cepat lazimnya tidak mampu memahami apa yang dibaca dengan baik, walaupun dia mendapatkan pahala membaca, akan tetapi dia tidak akan mendapatkan tambahan pahala. Sebaliknya jika kita membaca Al Quran dengan perlahan maka kita bisa merenungkan kalamullah dan mendapat tambahan pahala ,Allah yang berfirman :
ë=»tGÏ. çm»oYø9tRr& y7øs9Î) Ô8t»t6ãB (#ÿr㍭/£uÏj9 ¾ÏmÏG»tƒ#uä t©.xtFuŠÏ9ur (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇËÒÈ  
Artinya :
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (Q.S Shad: 29)[18].
Cara seperti inilah yang dikehen-daki, yakni tatkala lidah bergerak membaca, hati turut memperhatikan serta memikirkan isi kandungan ayatnya.sedangkan faedah tartil adalah memantapkan hafalan dan pendengar bisa menangkapnya dengan baik sehingga akan merasuk ke dalam relung-relung hati mereka. Pembaca dan pendengarnya bisa mentadaburi bacaannya dengan baik. Dengan demikian, lafal lisan tidak mendahului kerja pemahaman[19].
4.    Membaguskan  Suara Ketika Membacanya
Disunahkan membaca al-Quran dengan suara yang merdu dan bagus sehingga menambah keindahan al-Quran. Rasulullah saw. Bersabda: Hendaklah kalian menghiasi al-Quran dengan suara kalian (yang merdu). (H.R. Ahmad)[20]
Membaca al-Quran dengan suara yang merdu tetap wajib memperhatikan berbagai aturan dan ketentuan dalam Ilmu Tajwid, seperti makhraj hurufnya, panjang pendek bacaan. Jika seseorang mempelajari seni membaca al-Quran dengan tujuan agar dapat menghias al-Quran lewat alunan suaranya yang merdu, maka Ilmu Tajwid menjadi syarat baginya sebelum ia mendalami seni Tersebut. Adalah naif bila seorang qari membaca al-Quran dengan suara yang merdu dan irama yang indah tetapi cara membacanya salah, sehingga yang terjadi bukan lah menghias al-Quran melainkan merusak al-Quran.
5.  Membaca Al Quran Dimulai Dengan Isti’azah
Sebelum memulai bacaan, disunahkan membaca isti’adzah dan bassmalah terlebih dahulu. Allah Subhanahu wa Ta’laa berfirman :
#sŒÎ*sù |Nù&ts% tb#uäöà)ø9$# õÏètGó$$sù «!$$Î/ z`ÏB Ç`»sÜø¤±9$# ÉOŠÅ_§9$# ÇÒÑÈ  
Artinya :
Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (Q.S AN-Nahl : 98)[21].         
Maknanya jika kau ingin membaca Al Quran , maka berlindunglah kepada Allah[22].
6.    Menghormati Al Quran
Hal-hal yang sering kali dilakukan seorang muslim saat seseorang membaca Al Quran seperti tertawa, bergurau, meremehkan, dan berbicara di tengah-tengah membaca Al Quran, melihat televise di tengah membaca Al Quran[23]. Padahal hal yang seperti itu tidak diperbolehkan di dalam Al Quran Allah berfirman,
#sŒÎ)ur ˜Ìè% ãb#uäöà)ø9$# (#qãèÏJtGó$$sù ¼çms9 (#qçFÅÁRr&ur öNä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇËÉÍÈ  
Artinya :
Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. ( A’raaf : 204)[24]

Maksudnya, jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat berjamaah ma'mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat Al Quran.
7.    Merendahkan Hati (Tawadhu)
Ketika membaca dan mendengarkan Al Quran, dan hendaknya ia khusyu dan merendah di hadapan Allah. Dengan ke khusyukan nya tersebut dapat maka dapat menggugah hati ketika membaca Al Quran dan ketika mendengarnya, maka kita melelehkan air mata tatkala kita membaca atau mendengar ayat-ayat Allah yang mengandung keagungan-Nya, kekuasaannya, siksa Nya dan pembalasan Nya. Juga meletakkan ayat-ayat Al Quran pada tanggung jawab kita pada hari kiamat dalam menegakkan agama Allah, hukum-hukum Nya dan menyampaikannya pada  manusia[25].
Cara untuk bisa menangis adalah menghadirkan hati pada kesedihan. Dari kesedihan timbullah tangis. Dan bentuk menghadirkan hati pada kesedihan adalah dengan merenungi kekurangan diri dalam beribadah dan menjalankan perintah-perintah Allah yang ada di dalam Al Quran. Lalu bersedih dengan tak terelakkan lagi dan menangislah. Jika tetap tidak bisa bersedih dan menangis sebagaimana yang terjadi pada orang-orang yang memiliki hati yang jernih,maka menangislah karena tidak bisa bersedih dan menangis atas hal demikian, karena itu adalah musibah yang paling Agung,
C.      Langkah-Langkah Penggunaan Metode Diskusi Kelompok
Langkah-langkah penggunaan metode diskusi kelompok sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan. Hal ini dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing-masing.
Meskipun demikian, secara umum untuk keperluan pembelajaran di kelas, langkah-langkah metode diskusi dapat dilaksanakan dengan prosedur yang lebih sederhana. Zakiah Drajat menyebutkan langkah-langkah umum pelaksanaan metode diskusi  kelompok dalam meningkatkan pengetahuan adab membaca Al Quran sebagai berikut :
a.         Merumuskan masalah secara jelas (adab membaca Al Quran)
b.        Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua,sekretaris,pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain : 1) mengatur dan mengarahkan diskusi, 2) mengatur “lalu lintas” pembicaraan.
c.         Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.
d.        Melaporkan hasil diskusinya. Hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
e.         Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok.

H.Abuddin Nata membuat langkah penggunaan metode diskusi dalam meningkatkan pengetahuan tentang adab membaca Al Quran melalui tahap-tahap berikut ini.

1.        Tahap  persiapan
a.    Merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu meningkatkan pengetahuan tentang adab membaca Al Quran .
b.    Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas (seperti contoh-contoh adab membaca Al Quran)
c.    Mempertimbangkan karakteristik anak yang benar
d.   Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi:
1) menentukan dan merumuskan aspek-aspek masalah seperti adab membaca Al Quran, jenis-jenis adab membaca Al Quran, 2) menentukan Alokasi Waktu,       3) menuliskan garis besar bahan diskusi, 4) menentukan format susunan tempat, 5) menentukan aturan main jalannya diskusi.
e.    Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi :1) menggandakan bahan diskusi, 2) menentukan dan mendesain tempat, 3) mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2.        Tahap pelaksanaan
a.     Menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat mengetahui adab membaca Al Quran
b.    Menyampaikan pokok-pokok pembelajaran
c.     Menjelaskan prosedur diskusi
d.    Mengatur kelompok-kelompok diskusi
e.     Melaksanakan diskusi
3.        Tahap penutupan
a.     Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil
b.    Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi
c.     Memberikan umpan balik
d.    Menyimpulkan hasil diskusi.[26]

Namun untuk mempertahankan kelangsungan, kelancaran dan efektivitas diskusi kelompok pada materi Adab membaca Al Quran, guru sebagai pemimpin diskusi memegang peranan menentukan.
Ramayulis, menyebutkan sejumlah peranan yang harus dimainkan guru sebagai pemimpin diskusi, adalah sebagai berikut :

a.         Initiating, yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru dalam melihat masalah yang sedang didiskusikan.
b.        Seeking information, yakni meminta fakta yang relevan atau informasi yang otoritarif tentang topic diskusi.
c.         Giving Information, yakni fakta yang relevan atau menghubungkan pokok diskusi dengan pengalaman pribadi peserta.
d.        Giving opinion, yakni memberi pendapat tentang pokok yang sedang dipertimbangkan kelompok,bisa dalam bentuk menantang konsesus atau sikap “nrimo” kelompok.
e.         Clarifying, yakni merumuskan kembali pernyataan seseorang memperjelas pernyataan seseorang anggota.
f.         Elaborating, yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau memberi contoh atau penerapan.
g.        Controlling, yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata; menyakinkan bahwa anggota yang perlu bicara, memperoleh giliran bicara.
h.        Encouraging, yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap pernyataan serta buah pikiran anggota.
i.          Setting Standards, yakni memberi atau meminta kelompok menetapkan, criteria untuk menilai urusan anggota.
j.          Harmonizing, yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi dalam diskusi.
k.        Relieving Tension, yakni melakukan penyembuhan setelah terjadinya tegangan.
l.          Coordinating, yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul dalam diskusi, membantu kelompok mengembangkan gagasan.
m.      Orientating, yakni menyampaikan posisi yang telah dicapai kelompok dalam diskusi dan mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.
n.        Testing, yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah yang seharusnya dicapai.
o.        Consensus Testing, menilai tingkat kesepakatan yang telah dicapai dan menghindarkan perbedaan pandangan.
p.        Summarizing, yakni merangkum kesepakatan yang telah dicapai.[27]



D.      Hipotesa
Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ada diatas maka asumsi dan hipotesa peneliti pada pelajaran Akidah Akhlak dengan pokok pembahasan adalah adab membaca Al Quran, dilakukan dengan mengimplementasikan metode diskusi kelompok di duga akan meningkatkan pengetahuan siswa terhadap adab membaca Al Quran  bagi siswa kelas VII MTs.Al Badar Kota Tanjugbalai.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Lokasi Penelitian
            Penelitan tindakan kelas yang berjudul “ Meningkatkan Pengetahuan Tentang Adab Membaca Al Quran Melalui Metode Diskusi Kelompok Bagi Siswa Kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai”. Di laksanakan di kelas VII MTs Al Badar , Alamat : Jl. Hj. Syarifah, Lingkungan VI, Kel. Sei Raja, Kec. Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai.

B.       Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 21 .

C.      Prosedur Kerja dalam Penelitian
Dalam sebuah penelitian tindakan terdapat beberapa siklus. Siklus yang satu selalu terkait dengan siklus berikutnya. Satu siklus dalam penelitian tipe ini minimal terdiri dari tindakan dan refleksi. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dalam satu siklus. Hasil refleksi tersebut sangat berguna untuk merencanakan siklus berikutnya. Hasil refleksi pada siklus yang pertama akan menjadi bahan perencanaan dalam siklus yang kedua dan begitu seterusnya sehingga terbentuk beberapa siklus yang saling terkait dalam satu penelitian tindakan.[1] Prof. Suharsimi Arikunto menjelaskan siklus penelitian tindakan akan dipaparkan dalam bagan dibawah in:
Tindakan
Refleksi
Siklus II
Perencanaan
Pengamatan
Tindakan
Refleksi
Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
 














?



3.1 Bagan Siklus Penelitan



1.        Siklus I
Siklus ini dimaksudkan untuk melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok, selain itu siklus I digunakan sebagai komparasi atau pembanding dengan pembelajaran pada siklus II. Langkah-langkah yang digunakan dalam siklus I adalah sebagai berikut :
a.        Perencanaan
Pada siklus I peneliti menyusun rencana pembelajaran yang berisi 1) judul, yang meliputi jenis mata pelajaran, jenjang pendidikan, tema, kelas, semester,alokasi waktu, 2) scenario pembelajaran, meliputi kegaitan, pendahuluan, kegiatan inti, penutup, 3) alat dan bahan 4) strategi pembelajaran, 5) sarana dan sumber belajar 6) jenis penelitian.
b.        Tindakan
Langkah awal tahap ini adalah guru mengadakan kegiatan apersepsi singkat dengan memperkenalkan materi adab membaca Al Quran, serta metode diskusi kelompok yang akan digunakan. Guru menunjuk 1 orang siswa untuk maju ke depan, berdiskusi tentang materi adab membaca Al Quran dan siswa yang lain mengamati kelompok yang telah maju di depan, Tugas guru mengarahkan jalannya diskusi serta membimbing membuat simpulan. Selanjutnya guru mengevaluasi siswa terhadap proses pembelajaran dengan memberikan post tes.
c.         Pengamatan
Peneliti mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu mengamati sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran . keaktifan siswa dalam bertanya dan menanggapi pendapat teman serta keseriusan dalam mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir.
d.        Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan dengan berdasarkan atas hasil penggunaan metode diskusi kelompok pada materi adab membaca Al Quran selama mengikuti proses pembelajaran. Sejauh mana siswa aktif berinteraksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa dan melihat kemampuan menyebutkan adab membaca Al Quran  yang terdapat dalam buku teks dapat diketahui bahwa sebagian siswa masih merasa kesulitan pada saat menyebutkan adab membaca Al Quran yang terdapat dalam buku teks .
Analisa terhadap hasil kegiatan menyebutkan adab membaca Al Quran pada siklus I ini akan digunakan sebagai pembanding dalam tindakan siklus II.
2.        Siklus II
Siklus II ini dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengetahui adab membaca Al Quran dan sekaligus digunakan untuk mengetahui peran serta siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Penilaian proses dan penilaian hasil ini merupakan satu kesatuan yang dijadikan bahan acuan peneliti untuk mengetahui peningkatan kemampuan dan perubahan perilaku belajar siswa dalam menyebutkan adab membaca Al Quran.
a.        Perencanaan
Pada siklus II peneliti menyusun rencana pembelajaran yang berisi 1) judul, yang meliputi jenis mata pelajaran, jenjang pendidikan, tema, kelas, semester, alokasi waktu, 2) scenario pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, penutup, 3) alat dan bahan, 4) strategi pembelajaran 5) sarana dan sumber belajar, 6) jenis penilaian
b.        Tindakan
Langkah awal yang dilakukan dalam siklus II ini tidak jauh berbeda dengan siklus I. setelah mengetahui kekurangan yang terdapat dalam siklus I, peneliti akan mencoba memperbaiki pada siklus II untuk menghindari kesalahan yang sama dalam siklus I. berdasarkan hasil tindakan siklus I diketahui bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam menyebutkan adab membaca Al Quran beserta dalil dan hikmah yang ada pada materi tersebut dan banyak siswa yang kurang aktif dalam berdiskusi. Bagian-bagian yang masih sulit dipahami oleh siswa menjadi perhatian peneliti untuk tindak lanjuti dalam siklus II. Kegiatan yang dilakukan sama dengan kegiatan yang telah dilakukan pada siklus I. akan tetapi pada tindakan siklus II ini peneliti lebih memfokuskan pada data hasil ulangan pos tes siklus II. Dalam siklus II ini peneliti masih menggunakan metode diskusi kelompok, guru sebagai pemimpin diskusi.
Sebelum pembelajaran berakhir guru memberitahukan manfaat yang diperoleh dari kegiatan diskusi kelompok yang telah selesai dilaksanakan .
c.         Pengamatan
Dalam siklus II ini peneliti juga mengamati segala perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran. Apakah siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Dengan begitu peneliti mengetahui peningkatan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran untuk mengetahui adab membaca Al Quran. Peneliti berharap pada siklus II  ini ada peningkatan kemampuan dan perubahan perilaku belajar siswa dalam menyebutkan apa saja yang termasuk adab  membaca Al Quran.
d.        Refleksi
Pada siklus II ini peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap kinerja siswa. Analisa kinerja siswa ini meliputi sejauh mana siswa aktif dan antusias dalam mengikuti berlangsungnya diskusi.
Setelah menganalisis siklus II selesai peneliti kemudian membandingkan hasil siklus I dengan siklus II. Dengan demikian permasalahan peningkatan kemampuan dan perubahan perilaku belajar siswa dalam mengetahui adab membaca Al Quran dapat diketahui.

D.      Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang semua proses pembelajaran, jadi bukan hanya proses tindakan saja. instrument yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk penilaian tes dan observasi. Instrument ini digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku belajar siswa dalam mendiskusikan adab  membaca Al Quran.
1.        Instrument Tes
Tes diberikan  untuk mengumpulkan hasil penelitian. Tes awal diberikan untuk mengetahui hasil kemampuan siswa mengenai adab membaca Al Quran dengan menggunakan metode diskusi kelompok . tes juga diberikan pada akhir siklus untuk memperoleh  data tentang hasil belajar siswa mengetahui adab membaca Al Quran. Adapun tehnik penilaian dari tes tersebut adalah

Tabel 3.1. Penilaian dalam Mengetahui
 Adab  Membaca Al Quran
No
Aspek yang dinilai
Skor
1.
Setiap jawaban benar
20
2.
Semua jawaban benar
100

2.    Instrument Nontes
Instrument nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, pedoman wawancara, pedoman jurnal  dan pedoman dokumentasi foto.
a.        Pedoman Observasi
Pedoman observasi memuat segala tingkah laku siswa selama pembelajaran adab membaca Al Quran dengan menggunakan metode diskusi kelompok ,adapun aspek yang diamati :

Tabel 3.2. Observasi Aktifitas Siswa Pada Kegiatan Belajar
No
Aspek yang diamati
Frekuensi
%
I








II
Motivasi siswa mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru :
1)   Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
2)   Memperhatikan jalannya metode berlangsung
3)   Mengajukan pertanyaan jika mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
Keaktifan siswa selama proses pembelajaran  Akidah Akhlak dari sampai akhir
1)   Aktif dalam pelajaran akidah akhlak
2)   Bercerita sama teman sebangku
3)   Berusaha melihat pekerjaan teman
4)   Bermain-main
5)   Izin ke kamar kecil








Tabel 3.3. Observasi Pengamatan Kegiatan Guru
No
Objek yang Diamati
Ya
Tidak
1.
Guru dengan baik memberikan penjelasan


2.
Guru dengan baik mengamati diskusi  kelompok siswa


3.
Guru mengajak siswa menyusun kreteria diskusi kelompok


4.
Guru dengan baik mengamati jalannya diskusi kelompok


5.
Guru dengan baik mengarahkan siswa berdiskusi


6.
Guru dengan baik mengajak siswa menyimpulkan hasil diskusi


7.
Guru dengan baik menutup pembelajaran


8.
Guru dengan baik melaksanakan refleksi


9.
Guru dengan baik melaksanakan siklus



Data yang harus direkam dengan lembar pengamatan atau lembar observasi minimal , meliputi 1) kegiatan guru sebelum mulai tindakan sampai dengan selesai tindakan, 2) kegiatan siswa mulai dari mendengarkan penjelasan guru sampai dengan selesai tindakan, bahkan sampai selesai evaluasi hasil pembelajaran.
b.        Pedoman Jurnal
Pedoman jurnal yang dibuat, yaitu pedoman jurnal siswa dan guru. Jurnal guru memuat segala sesuatu yang terjadi dalam proses pembelajaran. Pedoman jurnal siswa digunakan untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung dan untuk mengungkapkan kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran adab membaca Al Quran dengan menggunakan metode diskusi.adapun daftar jurnal guru dan siswa sebagai berikut:
Tabel 3.4. Jurnal Guru
No
Daftar Pertanyaan
Pendapat Guru
1.
Pengalaman apa yang diperoleh guru saat proses pembelajaran berlangsung

2.
Apa yang menarik dari pelajaran Akidah Akhlak mengenai adab membaca Al Quran

3.
Apa kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari adab membaca Al Quran

4.
Apa yang guru dapat lakukan untuk mengatasi kesulitan dalam mengetahui adab membaca Al Quran


Tabel 3.5. Jurnal Siswa
No
Daftar Pertanyaan
Pendapat Siswa
Frekuensi
%
1.
Pengalaman apa yang kamu dapat setelah melakukan proses diskusi kelompok dilakukan menganai adab membaca Al Quran.



2.
Apa yang kamu ketahui mengenai adab membaca Al Quran



3.
Apa yang belum kamu ketahui mengenai adab membaca Al Quran dengan menyebutkan alasan dan kendalanya



4.
Cara untuk mengatasi



5.
Upaya pengayaan




c.         Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi atau pendapat siswa tentang pembelajaran adab membaca Al Quran dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Dalam pedoman wawancara ini, hal-hal yang ditanyakan, yaitu 1) pendapat siswa mengenai pembelajaran yang telah berlangsung, 2) pendapat siswa tentang penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran, 3) peranan siswa ketika diminta untuk mendiskusikann materi adab membaca Al Quran di depan kelas 4) kesulitan yang dialami oleh siswa selama mengikuti pembelajaran, 5) manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran,
d.        Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto memuat tentang rekaman berbagai tingkah laku siswa selama penelitian berlangsung secara visual dari awal hingga akhir pembelajaran yang dilakukan . hal-hal yang perlu didokumentasikan adalah, 1) kegiatan siswa sedang melakukan diskusi kelompok, 2) guru membimbing ssiwa untuk membuat kesimpulan dari hasil diskusi, 3) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyamaikan gagasan dari kesimpulan masing-masing tiap kelompok, 4) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan Tanya jawab.

E.       Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data dilakukan secara Kualitatif dan Kuantitatif.
1.        Teknik Kualitatif
Tehnik kuantitatif ini diperoleh dari data non tes, yaitu : observasi, wawancara, jurnal, dan dokumnetasi foto. Data obervasi dan jurnal kegiatan siswa yang kemudian dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Dalam hal ini, data observasi dan jurnal digunakan untuk memilih siswa yang mengalami kesulitan untuk dijadikan responden dalam wawancara. Data wawancara berfungsi untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dengan melakukan pendekatan melalui wawancara siswa akan lebih berani mengemukakan permasalahannya mengenai kemampuan mengetahui adab membaca Al Quran.
Dengan demikian peneliti akan lebih mengetahui kesulitan siswa sehingga dapat mencari jalan terbaik untuk mengatasinya dalam upaya meningkatkan kemampuan adab membaca Al Quran. Sementara itu, data yang berupa foto digunakan sebagai bukti otentik proses pembelajaran dan ketika siswa sedang diwawancarai. Data ini memberikan gambaran yang jelas akan penerapan pembelajaran kemampuan menyebutkan adab membaca Al Quran.
2.        Tehnik Kuantitatif
Tehnik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini didasarkan pada hasil tes yang dilakukukan sebanyak dua kali, yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Adapun langkah penghitungannya adalah dengan menghitung skor yang diperoleh siswa, menghitung skor kumulatif dari aspek, menghitung skor rata-rata, menghitung nilai, menghitung nilai rata-rata, dan menghitung nilai persentase dengan rumus sebagai berikut :
Untuk menganalisis hasil observasi terhadap pelaksanaan kegiatan belajar dari guru ditentukan dengan mendeskripsikan atau menguraikan setiap aspek pengamatan. Analisis data observasi ini dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dilihat dari seberapa besar keberhasilan yang dicapai dilihat dari aktivitas belajar siswa secara klasikal dengan rumus:



SP = SK x 100
         R

Keterangan :
SP = Skor Presentase
SK = Skor Kumulatif
R   = Jumlah Responden
Hasil perhitungan siswa dari masing-masing tes ini kemudian dibandingkan antara siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan kemampuan siswa dalam mengetahui adab membaca Al Quran melalui metode diskusi kelompok




[1]  Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta : Aditya Media, 2011) h. 7.





[1]  Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983), h. 89.
[2]  HM. Suparta, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Amissco, 2003), h. 175.
[3]  Chalijah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya : Al Ikhlas, 1994), h. 117.
[4]  Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya : Usaha Nasional, 1993), h. 157-158.
[5]  Roestiyah NK, Didatik Metodik, (Jakarta : Bina Aksara, 1989), h. 76.
[6]  JJ. Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002) h. 23-24.
[7]  Robert E. Slavin, Cooperative Learning(Teori, Riset dan Praktik), (Bandung : Nusa Media, 2005), h. 218-220.
[8] Dapartemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, (Bandung : PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h. 71.
[9]   M. Abdul Qadir Abu Faris, Menyucikan Jiwa, (Jakarta : Gema Insani, 2005), h.80.
[10]  A’idh Bin Abdullah Al-Qarni, 391 Hadist Pilihan Mendasari Kehidupan Sehari-hari, (Jakarta: Darul Haq, 2007), h.182.
[11]  Ibid, h. 173.
[12]  Ibid, h. 181.
[13]  Ibid, h. 83.
[14]  Dapartemen Agama RI, Op Cit, h. 537.
[15]  M. Abdul Qadir Abu Faris, Op-Cit, h. 86.
[16]  Dapartemen Agama RI, Op Cit,  h.75.
[17]  Ibid, h. 574.
[18]  Ibid,, h. 454.
[19]  M. Abdul Qadir Abu Faris, Op-Cit, h. 89.
[20]  Imam Al Gzhali, Ihya ‘Ulumuddin (Ibadah, Dzikir, Doa-Doa), (Bandung: Penerbit Marja, 2014), h. 29.
[21]  Dapartemen Agama RI, Op-Cit, h. 278.
[22]  M. Abdul Qadir Abu Faris, Op-Cit, h. 85.
[23]  Ibid, h. 85.
[24]  Dapartemen Agama RI, Op-Cit, h. 176.
[25]  M. Abdul Qadir Abu Faris, Op-Cit, h. 94-95.
[26]  H. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos, 2007) , h. 107.
[27]  Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2007), h. 254.









[1]  Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014), h. 19.
[2]  Ibid, h. 27.
[3]  Ibid, h. 66-67.
[4]  Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, “Undang-Undang Guru dan Dosen”, (Bandung : Fokus Media, 2011), h. 2.
[5]  Peabody College, Vanderbilt University, “Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar”, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), h.152
[6]  Zuhairini, Metode Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), h. 104.
[7]  Ibid, h. 95
[8]  Suharsimi Arkikunto, Suhardjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), h. 62.
[9]   Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 250.
[10]  Bambang Marhijanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini, ( Surabaya : Terbit Terang , 1999), h. 297.
[11]  Sulchan Yasyin, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya : Amanah 2005), , h. 249.