MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG ADAB MEMBACA
AL QURAN MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK
BAGI SISWA KELAS
VII MTS AL BADAR
KOTA TANJUNGBALAI
SKRIPSI
Di ajukan untuk Memenuhi Tugas-Tugas
dan
Memenuhi Syarat-Syarat untuk
Mencapai
Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Tarbiyah
OLEH :
SURIANI
NPM :
1301020100
PROGRAM STUDI :
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEMBIMBING I PEMBIMBING
II
Drs.H.
Hubban Rangkuti,M.Si Drs. H. Makmur
Syukri,M.Pd
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM
ASAHAN
- KISARAN
2017
MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG ADAB MEMBACA
AL QURAN MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK
BAGI SISWA KELAS
VII MTS AL BADAR
KOTA TANJUNGBALAI
SKRIPSI
Di ajukan untuk Memenuhi Tugas-Tugas
dan
Memenuhi Syarat-Syarat untuk
Mencapai
Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Tarbiyah
OLEH :
SURIANI
NPM :
1301020100
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM
ASAHAN
- KISARAN
2017
KATA
PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Puji dan syukur
penulis sampaikan kehadirat Allah Swt atas berkat dan rahmat yang di berikan,
sehingga masih dalam keadaan sehat dan tenang dalam melaksanakan penelitian dan
penulisan skripsi ini. Kemudian shalawat dan salam penulis sampaikan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW atas bimbingan dan petunjuk beliaulah
sehingga kita dapat hidup dialam yang terang benderang ini.
Dalam penelitian
ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Ini tidak lain karena
keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki masih sedikit. Namun
berkat bimbingan dari Bapak Dosen khususnya Bapak Drs.H.Hubban Rangkuti,M.Si
selaku pembimbing I,dan Bapak Drs. H.Makmur Sukri,M.Pd selaku pembimbing II,
sehingga penulis terus dapat petunjuk dalam penyelsaian skripsi ini dan dapat
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dan mendapat gelar sarjana
S-1 di fakultas Tarbiyah IAIDU Asahan Kisaran.
Dalam kesempatan ini
penuls banyak mengucapkan terima kasih kepada pihak yang menyumbangkan saran
dan kritik terutama kepada :
1.
Bapak Drs. H.A. Muin
Isma selaku rektor IAIDU Asahan Kisaran.
2.
Bapaka Drs. Imran,
MA sebagai Dekan Tarbiyah IAIDU Asahan Kisaran
3.
Bapak Drs.H.Hubban
Rangkuti,M.Si selaku pembimbing I dalam menyelesaikan skripsi yang telah
memberikan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi ini.
4.
Bapak Drs.H.Makmur
Sukri,M.Pd selaku pembimbing II dalam menyelsaikan skripsi yang telah
memberikan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi ini.
5.
Bapak dan ibu Dosen
serta seluruh staf pegawai IAIDU Asahan kisaran yang telah banyak memberikan
pengarahan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama kuliah di IAIDU Asahan
kisaran.
6.
Seluruh teman teman
kuliah yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis selama kuliah
dan menyelesaikan skripsi ini.
7.
Seluruh keluarga
tercinta penulis yang telah memberikan dorongan baik materi maupun spritual
kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
Mudah mudahan mereka mendapat naungan dari Allah
SWT. Selanjutnya terima kasih kepada segenap keluarga yang telah membantu
penulis. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan rekan atas
dorongan yang di berikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan
memohon ampunan kepada Allah SWT dan mengharapkan kepada segenap pembaca dapat
mengambil hikmah dari apa yang telah tertulis di dalam skripsi ini. Kemudian
dengan lapang dada mau memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan
memperluas pengalaman dimasa yang akan datang. Wassalam.
Tanjungbalai, Maret
2017
Penulis,
SURIANI
NPM : 1301020100
DAFTAR ISI
Judul Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR............................................................................ vi
BAB I : PENDAHULUAN................................................................. 1
A.
Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah.............................................................. 5
C.
Rumusan Masalah................................................................. 5
D.
Batasan Masalah.................................................................... 6
E.
Tujuan Penelitian................................................................... 8
F.
Manfaat Penelitian................................................................. 9
BAB II : LANDASAN TEORITIS.................................................... 10
A.
Pengertian Metode Diskusi kelompok................................. 10
B.
Adab Membaca Al Quran.................................................... 17
C.
Langkah-langkah Penggunaan
Metode Diskusi Kelompok................................................... 26
D.
Hipotesa...................................................................................... 29
BAB III : METODE PENELITIAN................................................. 30
A.
Lokasi Penelitan........................................................................ 30
B.
Subjek Penelitan........................................................................ 30
C.
Prosedur Kerja Penelitian........................................................ 30
D.
Instrument Penelitian................................................................ 35
E.
Tehnik Analisis Data................................................................. 40
BAB IV : HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN.............43
A.
Hasil Penelitian Prasiklus.......................................................... 43
B.
Siklus I........................................................................................ 47
C.
Siklus II...................................................................................... 56
D.
Pembahasan .............................................................................. 66
BAB V : PENTUP........................................................................... 69
A.
Kesimpulan................................................................................ 69
B.
Saran-Saran............................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Judul Halaman
Tabel 3.1 Penilaian dalam
mengetahui adab
membaca Al
Quran ...................................................... 35
Tabel 3.2 Observasi
aktifitas siswa pada kegiatan belajar......... 36
Tabel 3.3 Observasi
Pengamatan Kegiatan guru........................ 37
Tabel 3.4 Jurnal guru.................................................................... 38
Tabel 3.5 Jurnal Siswa................................................................... 39
Tabel 4.6 Nilai hasil tes
awal siswa mengetahui materi
adab
membaca Al Quran............................................. 45
Tabel 4.7 Nilai hasil tes
siswa mampu mengetahui materi
Adab
membaca Al Quran Siklus I............................... 49
Tabel 4.8 Nilai hasil tes
siswa mampu mengetahui materi
Adab
membaca Al Quran Siklus II.............................. 58
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil
Belajar............................................. 68
DAFTAR
GAMBAR
Judul Halaman
Gambar 3.1 Bagan Siklus
Penelitan............................................. 31
Gambar 4.1 Kegiatan Siswa
Sedang Melakukan Diskusi Siklus I 54
Gambar 4.2 Siswa
Menyampaikan Hasil Diskusi
Kelompoknya
Pada Siklus I..................................... 55
Gambar 4.3 Kegiatan Siswa
Ketika Mengemukakan Gagasan
Pada
Siklus I.............................................................. 55
Gambar 4.4 Siswa Membuat
Kesimpulan dibantu Guru Peneliti
Siklus
II...................................................................... 63
Gambar 4.5 Satu Kelompok
Maju ke Depan Kelas.................... 64
Gambar 4.6 Siswa Sedang Mengajukan
Gagasan pada Siklus II 65
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setiap manusia
pasti pernah mengalami sebuah proses pendidikan. Seringkali manusia dalam
menempuh pendidikan, makna dan hakikat tentang pendidikan yang sebenarnya
terlupakan, hal ini terjadi karena manusia memandang pendidikan sebagai
kewajiban yang harus ditempuh, bukan sebagai kebutuhan[1].
Hal ini tidak sesuai dengan defenisi pendidikan yang sudah tercantum bahwa
pendidikan menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata dasar
“didik” (mendidik). Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh
individu/kelompok tertentu melalui kegiatan pengajaran dan /atau pelatihan,
yang berlangsung sepanjang hidup di berbagai lingkungan belajar dalam rangka
mempersiapkan manusia agar dapat memainkan peran secara tepat.[2]
Tujuan pendidikan disebutkan pada bab II pasal 2 UU Sisdiknas untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap,kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta
bertanggung jawab[3].
Untuk terselenggaranya tujuan pendidikan itu, maka dilakukanlah proses
pembelajaran . Proses pembelajaran menciptakan hasil belajar yang telah dilalui
peserta didik selama mengikuti pembelajaran yang telah dilakukan, baik atau
tidaknya hasil yang diperoleh menentukan perubahan yang terjadi pada siswa
tersebut.
Perubahan baik atau buruknya siswa tersebut, tidak terlepas dari
peran seorang guru sebagai tokoh sentral dalam proses pembelajaran sebagai
motivator, dan sebagai fasilator yang dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan
pengajaran.
Perencanaan yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan
metode yang tepat sesuai dengan tema pembelajaran yang mudah menyerap apa yang
disampaikan oleh guru dan tidak membingungkan siswa. kenyataan dalam dunia
pendidikan banyak sekali guru – guru yang menyampaikan materi pelajaran tidak
cocok dengan metode yang digunakan
dengan materi yang diajarkan dan ada juga seorang guru hanya menggunakan satu
metode saja yaitu ceramah, tanpa menggunakan alat peraga dan tidak melibatkan
siswa, sehingga siswa merasa bosan, dan cendrung tidak memperhatikan penjelasan
guru didepan kelas, dan akhir dari hasil belajar yang didapat siswa menjadi
kurang baik dalam pelajaran yang telah dilakukan. Bukan saja permasalahan itu
diperoleh dari guru saja melainkan siswa juga terlibat buruk atau bagusnya
hasil yang diperoleh mereka, disebabkan siswa cendrung acuh pada materi
tersebut dan kondisi fisik maupun batin siswa yang terkadang berubah rubah
tergantung mood mereka saat itu sehingga kurang berminatnya pada
pelajaran tersebut.
Permasalahan tersebut juga terjadi di kelas VII MTs Al Badar Kota
Tanjungbalai pada materi adab membaca Al Quran siswa tersebut masih acuh tak
acuh untuk mengikuti pembelajaran yang berlangsung, waktu yang disediakan
kurang mencukupi atau kurangnya motivasi yang dilakukan guru kepada siswa,
karena seorang guru hanya bersifat sebagai tenaga pengajar yang hanya
menyampaikan pengetahuan kepada siswa bukan sebagai tenaga pendidik yaitu usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.[4]
Padahal materi adab membaca Al Quran sangat penting untuk diketahui
para siswa karena memiliki nilai pengetahuan, dengan pengetahuan tersebut bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang nantinya bisa berguna bukan saja
disekolah tetapi di luar sekolah. sedangkan Al Quran mempunyai nilai ibadah
jika mau membacanya agar mendapatkan syafa’at dari Allah.
Berdasarkan masalah yang dikemukakan diatas, maka digunakanlah
metode diskusi kelompok, dengan tujuan untuk merangsang siswa berpikir ,
mengeluarkan pendapat sendiri, menyelesaikan tugas secara kooperatif, saling
membantu dalam menyelesaikan masalah dan berpartisipasi dalam diskusi[5].
Menurut Zuhairani metode diskusi kelompok digunakan untuk
merangsang siswa berpikir dan mengeluarkan pendapat sendiri serta ikut
menyumbangkan pikiran dalam suatu masalah bersama yang terkandung banyak
kemungkinan-kemungkinan jawaban[6].
Agar bekerja efektif dalam sebuah kelompok, para siswa harus
menerapkan sejumlah kemampuan kerja kelompok. Kemampuan ini meliputi kemampuan
sosial, seperti mendengar, berbagi, dan mendukung aktif; kemampuan menjelaskan,
yang menyampaikan pemahaman dan makna dalam tugas-tugas akademik; dan kemampuan
kepemimpinan, seperti merencanakan dan memperlihatkan insiatif dan antusiasme,
waktu yang dihabiskan dalam mendiskusikan dan memainkan peran kemampuan
tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan dengan baik,
Dengan demikian menurut peneliti di duga bahwa penggunaan metode
diskusi kelomok, memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran pendidikan
agama islam pada materi adab membaca Al Quran, seperti :
1)
Dengan
metode ini siswa-siswi dapat menghayati dengan sepenuh hatinya mengenai
pelajaran yan diberikan.
2)
Memberikan
pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan kemaun siswa.
3)
Perhatian
siswa akan terpusat kepada apa yang didiskusikan
4)
Dengan
metode ini sekaligus masalah-masalah yang mungkin timbul dalam hati siswa dapat
langsung terjawab.
5)
Akan
mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan, karena siswa mendiskusikannya
langsung terhadap masalah yang dibahas.[7]
Oleh karenanya, penulis tertarik untuk meneliti secara khusus dan
mendalam dengan mengajukan judul penelitian, yakni :
“MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG ADAB MEMBACA AL QURAN MELALUI
METODE DISKUSI KELOMPOK BAGI SISWA KELAS VII MTS AL BADAR KOTA TANJUNGBALAI”.
B. Identifikasi Masalah
Hal yang dimaksud dengan
identifikasi masalah dalam peneliti adalah daftar dari permasalahan yang ada
dan muncul sebelum penelitiannya dimulai.[8]
1)
Dalam
mengikuti pelajaran, banyak siswa tidak aktif dan hanya bengong saja
2)
Ketika
proses pembelajaran sedang berlangsung, beberapa orang siswa kelihatan menguap,
ini suatu tanda bahwa pembelajaran tidak menarik perhatiannya
3)
Ketika
mengikuti proses pembelajaran, beberapa siswa mengobrol dengan temannya.
C. Rumusan Masalah
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah bagaimanakah
meningkatkan pengetahuan tentang adab membaca Al Quran melalui metode diskusi
kelompok bagi siswa kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai.
Sedangkan rumusan masalah didalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1)
Apakah
penggunaan metode diskusi kelompok pernah dilaksanakan di kelas VII MTs Al
Badar Kota Tanjungbalai ?
2)
Apakah
melalui metode diskusi kelompok pada materi adab membaca Al Quran mata
pelajaran Akidah Akhlak di kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai membuat
suasana pembelajaran menjadi aktif ?
3)
Apakah
dengan menggunakan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam mengetahui adab membaca Al Quran mata pelajaran Akidah Akhlak kelas
VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai ?
Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat
penggunaan metode diskusi kelompok dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang
adab membaca Al Quran kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai ?
D. Batasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan salah penafsiran
terhadap konsep-konsep dalam penelitian ini maka peneliti memberikan
batasan-batasan sebagaimana berikut ini:
1.
Meningkatkan,
adalah menaikkan (derajat,tahap), sedangkan “pengetahuan”adalah segala sesuatu
yang diketahui kepandaian. Jadi, kesimpulannya dari meningkatkan pengetahuan adalah taraf
seseorang memperoleh informasi melalui pemahaman dan potensi yang ada pada diri
seseorang untuk dikembangkan[9].
Dengan demikian, maka meningkatkan pengetahuan disini adalah
menaikkan kemampuan siswa mengetahui adab membaca Al Quran.
2.
Adab
adalah sopan[10].
Sedangkan yang di maksud penulis adalah tata cara sebelum membaca Al Quran
,seperti :
a.
membaca
dalam keadaan suci duduk yang sopan dan tenang
b.
membacanya
dengan pelan (tartil), dan tidak cepat ,supaya dapat dipahami ayatnya.
c.
membacanya
dengan khsuyu, dengan menangis trenyuh karena sentuhan pengaruh ayat
yang di baca sehingga menyentuh jiwa dan perasaan .
d.
membaguskan
suaranya ketika membaca.
e.
Menghadap
kiblat
f.
Menghormati
Al Quran
g.
Merendahkan
hati (tawadhu)
3.
Metode
diskusi kelompok adalah “cara penyajian
pelajaran, dimana siswa di harapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk di bahas dan di
pecahkan bersama[11]”.
Sedangkan yang di maksud penulis adalah penggunaan metode diskusi yang di
laksanakan guru mata pelajaran Akidah Akhlak yang meliputi perencanaan
penggunaan metode diskusi kelompok, pelaksanaan penggunaan metode diskusi
kelompok, tindak lanjut penggunaan metode diskusi dan kemampuan guru sebagai
pimpinan diskusi di MTs Al Badar Kota Tanjungbalai.
4.
Siswa
adalah
Sedangkan fokus masalah di dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
kemampuan siswa setelah melakukan metode diskusi kelompok dalam materi adab
ketika membaca Al Quran di MTs Al Badar Kota Tanjungbalai, apakah ada perubahan
atau kemunduruan.
E. Tujuan Penelitian
Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal yang
berhubungan dengan masalah yaitu :
1.
Untuk
mengetahui apakah penggunaan metode diskusi kelompok pernah di laksanakan di
kelas VII MTs Al Badar Kota Tanjungbalai .
2.
Untuk
mengetahui apakah melalui metode diskusi kelompok pada materi pelajaran Adab membaca Al
Quran mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas VII MTs. Al Badar Kota Tanjungbalai
membuat suasana pembelajaran menjadi aktif.
3.
Untuk
mengetahui apakah dengan menggunakan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam mengetahui
adab membaca Al Quran mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas VII MTs. Al Badar Kota
Tanjungbalai.
4.
Untuk
mengetahui Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat
penggunaan metode diskusi kelompok dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang
adab membaca Al Quran kelas VII MTs. Al Badar Kota Tanjungbalai .
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagi
penulis berguna sebagai memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana S1 dalam
ilmu Tarbiyah fakultas Tarbiyah IAIDU Asahan.
2.
Sebagai
landasan masukan bagi guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam menggunakan metode
diskusi kelompok di kelas VII MTs. Al
Badar Kota Tanjungbalai, sehingga tujuan yang hendak di capai dapat terlaksana
dengan efektif dan efesien.
3.
Bagi
siswa mendapat pengalaman aktif dalam pemebelajaran.
4.
Bagi
sekolah bangga mempunyai siswa yang berprestasi yang tinggi.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Pengertian Metode Diskusi Kelompok
Ada
beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa pakar pendidikan tentang
metode diskusi kelompok, yaitu suatu metode didalam mempelajari bahan atau
menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya secara berkelompok,sehingga
berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku siswa.[1]
Sedangkan
menurut HM. Suparta : metode diskusi kelompok adalah pada dasarnya merupakan
kegiatan tukar menukar informasi,pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur dan dibagi atas beberapa kelompok kecil.[2]
Adapun
menurut Chalijah Hasan : metode diskusi kelompok adalah Sebagai suatu kegiatan
belajar mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu
kelompok dan dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan
pengajaran tertentu.[3]
Dari
beberapa pendapat diatas,maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi kelompok
adalah cara penyajian pelajaran dengan membagi kelompok-kelompok kecil yang
membahas masalah yang telah ditentukan dan saling berargumentasi secara
rasional dan objektif.
Metode
diskusi kelompok,baik digunakan untuk merangsang siswa dalam belajar dan
berpikir kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam
pemecahan suatu masalah. Didalam melaksanakan metode diskusi ini, maka terdapat
beberapa kelebihan dan kekurangannya. Adapun beberapa kelebihan dalam
penggunaan metode diskusi kelompok tersebut adalah sebagai berikut :
1)
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuan masing-masing, dapat
mendorong anak untuk mengemukakan ide-ide baru.
2)
Dapat
memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki siswa.
3)
Membantu
siswa untuk dapat menilai kemampuan dirinya, teman-temannya dan juga siswa
dapat menghargai pendapat teman.
4)
Mengembangkan
motivasi anak untuk belajar lebih lanjut.[4]
Sedangkan kekurangan dari penggunaan metode diskusi kelompok
tersebut adalah :
1)
Apabila
diskusi tidak direncanakan dengan matang, kadang-kadang bisa terjadi adanya
pandangan dari berbagai sudut masalah yang dipecahkan,bahkan mungkin
pembicaraan menjadi menyimpang,sehingga memerlukan waktu yang panjang. Untuk
mengatasi hal ini instruktur harus benar-benar menguasai masalahnya dan mampu
mengarahkan pembicaraan,sehingga membatasi waktu yang diperlukan.
2)
Dalam
diskusi menghendaki pembuktian logis yang tidak terlepas dari fakta-fakta dan
tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja. Maka siswa dapat
menerima dengan akalnya itu pun
tergantung pada kematangan,pengalaman dan pengetahuan siswa.
3)
Tidak
dapat dipakai pada kelompok yang besar.
4)
Peserta
mendapat informasi yang terbatas.
5)
Mungkin
dikuasi orang-orang yang suka berbicara.
6)
Biasanya
orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.[5]
Agar metode diskusi kelompok dapat dilaksanakan sesuai dengan yang
direncanakan,maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru mata pelajaran
Akidah Akhlak, baik sebelum,selama atau sesudah proses metode diskusi
dilaksanakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah :
a.
Guru
mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan
seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan
didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting,
judul atau masalah yang akan didiskusikan harus dirumuskan sejelas-jelasnya
agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
b.
Dengan
pimpinan guru,para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi,memilih pimpinan
diskusi (ketua,sekretaris,pelapor) mengatur tempat duduk, ruangan sarana dan
sebagainya, pimpinan diskusi sebaiknya dari kalangan siswa itu sendiri dan yang
memiliki kreteria sebagai berikut:
1)
Lebih
memahami masalah yang akan didiskusikan.
2)
Disenangi
oleh teman-temannya.
3)
Lancar
berbicara.
4)
Dapat
bertindak tegas, adil dan demokratis.
c.
Para
siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru memperhatikan
dari kelompok-kelompok yang satu ke kelompok yang lain (kalau ada lebih dari
satu kelompok), dan sekaligus menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan
bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi
berjalan dengan lancar setiap anggota kelompok tahu persis apa yang hendak
didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi dan diskusi berjalan dalam
suasana sportif.
d.
Kemudian
tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh
semua siswa, terutama dari kelompok lain. Dan tugas guru memberikan ulasan atau
penjelasan terhadap laporan tersebut.
e.
Akhirnya
siswa mencatat hasil diskusi dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari
setiap kelompok.[6]
Menurut Robert E. Slavin, ada beberapa 6 tahap yang cukup bersifat
umum untuk dapat mengaplikasikan dalam skala kondisi kelas yang luas, sebagai
berikut :
Tahap 1: Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid Ke dalam
Kelompok
a.
Para
siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik,dan mengkategorikan
saran-saran.
b.
Para
siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka
pilih.
c.
Komposisi
kelompok di dasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.
d.
Guru
membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.
Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari
a.
Para
siswa merencanakan bersama mengenai:
Apa
yang kita pelajari ?, bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa/
(pembagiaan tugas), untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi
topic ini?
Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi
a.
Para
siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan
b.
Tiap
anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya
c.
Para
siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis semua
gagasan
Tahap : 4 Menyiapkan Laporan Akhir
a.
Anggota
kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka
b.
Anggota
kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporan, dan bagaimana mereka akan
membuat presentasi mereka.
c.
Wakil-wakil
kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana
presentasi.
Tahap : 5 Mempresentasikan
Laporan Akhir
a.
Presentasi
yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk
b.
Bagian
presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif
c.
Para
pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan
kreteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
Tahap 6 : Evaluasi
a.
Para
siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas
yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka
b.
Guru
dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa
c.
Penilaian
atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi[7]
Dengan demikian, jelaslah bawa metode diskusi kelompok dipergunakan
untuk memberikan kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk
mengadakan diskusi ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun berbagai alternativ pemecahan
atas suatu masalah, khususnya dalam mata pelajaran Akidah Akhlak.
Sedangkan dalam Kalamullah, menjelaskan tentang pengertian metode
diskusi dalam Qs. Ali Imron ayat 159 yang berbunyi :
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya
:
Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya[8]
Dalam ayat diatas digambarkan metode diskusi kelompok merujuk pada
akar kata wa syawirhum yang artinya bermusyawarahlah dengan mereka, hal
ini mengindikasikan bahwa adanya proses interaksi untuk mendiskusikan persoalan
dengan siapapun yang memiliki persoalan dengan diri kita sendiri. Dasar ini
juga berlaku dalam proses pembelajaran,
dimana persoalan-persoalan yang ada dalam pembelajaran dapat diselesaikan
dengan berdiskusi atau bermusyawarah.
B.
Adab Membaca Al Quran
Alquran adalah kitab Allah yang menjadi mukjizat, yang diturunkan
kepada junjungan kita Muhammad Saw, yang dengan membacanya dihitung ibadah[9].
Seperti sabda Rasullah :
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ حَدَّثَنَا
الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى قَال سَمِعْتُ مُحَمَّدَ
بْنَ كَعْبٍ الْقُرَظِيَّ قَال سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ حَرْفًا
مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Artinya :
Barang siapa
yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al Quran), maka Allah menuliskan
untuknya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipat gandakan menjadi sepuluh
kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif
satu huruf, dan mim satu huruf[10](H.R
Tarmidzi)
Di dalam hadist ini terdapat penjelasan tentang berlipat gandanya
kebaikan orang yang membaca Al Quran dan sesungguhnya membaca Al Quran itu
lebih besar pahalanya dari pada dzikir (selain dari Al Quran).
Al Quran juga sebagai petunjuk jalan yang lurus dan memberi
bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar
selamat di dunia dan akhirat dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang
mendapatkan syafa’at dari Allah Swt :
Rasullah bersabda :
القرآ ن شا فع
مشفع، وما
حل مصدق،
من جعله
أما مه
قاده إلى الجنۃ،
و من
جعله خلفه
سا قه
إ لى
النار
Artinya
:
Al
Quran adalah pemberi syafa’at yang dimintai syafa’at, lawan diskusi yang
dibenarkan. Barangsiapa yang menjadikannya didepannya, ia pasti menuntunnya ke
surga, dan barangsiapa yang menjadikannya di belakangnya, ia pasti menghalaunya
ke neraka (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi, Shahih al-Jami’)[11].
Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang mengamalkan
Al Quran dan membacanya dengan cara yang baik adalah penjamin masuk surga dan
keselamatan dari api neraka.
Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang
muslim melebihi keutamaan mempelajari Al Quran. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad
Saw berikut:
خير
كم من
تعلم ا
اقرآ ن
وعلم
Artinya :
Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al
Quran dan mengajarinya .[12]
Dalam hadist tersebut terdapat kabar gembira bagi para penghafal Al
Quran yang mengamalkannya, serta mengajarkannya, maka selamat dan beruntunglah
mereka dengan kemenangan yang besar.
Seyogianya seorang muslim memaksudkan dalam membaca dan memahami Al
Quran untuk meraih ridha Allah, untuk meraih pahala Nya dan menjauhkan diri
dari nereka Nya, bukan membaca demi mendapatkan pujian dan sanjungan serta
untuk menyanyangi orang lain. Jangan sampai membaca demi diagungkan
manusia,agar mendapatkan harta, dan agar diutamakan dalam berbagai cara. Sebab,
jika ia memaksudkan untuk itu maka Allah akan mengharamkan dari pahala-Nya dan
menyiapkan siksa-Nya yang pedih.
Rasullah bersabda,siapa mencari ilmu untuk pamer pada orang-orang
bodoh atau untuk menyanyingi ulama atau untuk menarik perhatian manusia
kepadanya, maka sungguh tempatilah tempatnya di neraka (HR Tarmidzi)[13].
Namun, sebelum seorang muslim membaca, menghafal, dan
mengajarkannya Al Quran kepada orang lain ada tata krama untuk menghadap Al
Quran dengan adab yang sesuai dengan keagungan kalam Tuhan-Nya. Diantara adab
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Di Sunnahkan Membaca Al Quran dalam Keadaan Suci
Allah Ta’ala berfirman:
w
ÿ¼çm¡yJt
wÎ)
tbrã£gsÜßJø9$# ÇÐÒÈ
Artinya : Tiada yang menyentuhnya
selain orang-orang yang di sucikan.
(QS al- Waqiah [56]:79).[14]
Jika kita simak ayat ini secara
lahiriah, kurang etis rasanya kalau kita menyentuh mushaf Al Quran tanpa
bersuci (wudhu) terlebih dahulu, apalagi dalam segi batiniah. hati kita suci
dari segala dosa (penyakit hati), lalu kita sinari hati kita dengan cahaya
keagungan dan kemuliaan kalamullah, dan termasuk unsur ibadah.
Sebagaimana halnya Al Quran tidak
boleh disentuh dengan tangan kotor karena dianggap kurang etis, maka membaca Al
Quran dengan lidah dan mulut yang tersentuh oleh bacaan Al Quran dari lidah dan
mulut yang kotor. Jadi, kesucian batin haruslah diawali dengan kesucian lahir.
2.
Menghadap Kiblat
Disunahkan membaca Al-Quran diluar
shalat dengan menghadap kiblat karena sebaik-baiknya majejelis adalah menghadap
kiblat[15].
Seiring dengan itu pembaca al-Quran hendaknya duduk dengan tenang, penuh
kekhusyuan, dan menundukan kepala pertanda khidmat. Inilah sikap yang paling mulia
dan sempurna. Namun demikian, membaca al-Quran sambil berdiri,berbaring, atau
tiduran, tetap dibolehkan dan berpahala. Allah ‘Azza wa jalla berfirman:
cÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@ø©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ tûïÏ%©!$# tbrãä.õt ©!$# $VJ»uÏ% #Yqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ
Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka ( Q.S Ali
Imran 190-191)[16].
Yang tidak diperbolehkan dalam membaca Al Quran ditempat yang
najis,kotor,atau hina seperti kamar mandi,tempat buang air besar atau buang air
kecil, karena tempat itu termasuk kumpulan bermukimnya setan dan jin.
3. Membacanya dengan pelan (Tartil)
Al Quran harus dibaca dengan tartil sebagaimana diperintahkan oleh
Allah Swt, dalam Surat Al Muzammil ayat 4 :
÷rr& ÷Î Ïmøn=tã È@Ïo?uur tb#uäöà)ø9$# ¸xÏ?ös? ÇÍÈ
Artinya :
Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan.[17]
Namun hal itu jika kita membacanya dengan cepat lazimnya tidak
mampu memahami apa yang dibaca dengan baik, walaupun dia mendapatkan pahala
membaca, akan tetapi dia tidak akan mendapatkan tambahan pahala. Sebaliknya
jika kita membaca Al Quran dengan perlahan maka kita bisa merenungkan
kalamullah dan mendapat tambahan pahala ,Allah yang berfirman :
ë=»tGÏ. çm»oYø9tRr& y7øs9Î) Ô8t»t6ãB (#ÿrã/£uÏj9 ¾ÏmÏG»t#uä t©.xtFuÏ9ur (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇËÒÈ
Artinya :
Ini adalah
sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai fikiran. (Q.S Shad: 29)[18].
Cara seperti inilah yang dikehen-daki, yakni tatkala lidah bergerak membaca,
hati turut memperhatikan serta memikirkan isi kandungan ayatnya.sedangkan
faedah tartil adalah memantapkan hafalan dan pendengar bisa menangkapnya dengan
baik sehingga akan merasuk ke dalam relung-relung hati mereka. Pembaca dan
pendengarnya bisa mentadaburi bacaannya dengan baik. Dengan demikian, lafal
lisan tidak mendahului kerja pemahaman[19].
4. Membaguskan
Suara Ketika Membacanya
Disunahkan membaca al-Quran dengan
suara yang merdu dan bagus sehingga menambah keindahan al-Quran. Rasulullah
saw. Bersabda: Hendaklah kalian menghiasi al-Quran dengan suara kalian (yang merdu).
(H.R. Ahmad)[20]
Membaca al-Quran dengan suara yang
merdu tetap wajib memperhatikan berbagai aturan dan ketentuan dalam Ilmu
Tajwid, seperti makhraj hurufnya, panjang pendek bacaan. Jika seseorang
mempelajari seni membaca al-Quran dengan tujuan agar dapat menghias al-Quran
lewat alunan suaranya yang merdu, maka Ilmu Tajwid menjadi syarat baginya
sebelum ia mendalami seni Tersebut. Adalah naif bila seorang qari membaca
al-Quran dengan suara yang merdu dan irama yang indah tetapi cara membacanya
salah, sehingga yang terjadi bukan lah menghias al-Quran melainkan merusak
al-Quran.
5. Membaca Al Quran Dimulai Dengan Isti’azah
Sebelum memulai bacaan, disunahkan
membaca isti’adzah dan bassmalah terlebih dahulu. Allah Subhanahu wa Ta’laa
berfirman :
#sÎ*sù |Nù&ts% tb#uäöà)ø9$# õÏètGó$$sù «!$$Î/ z`ÏB Ç`»sÜø¤±9$# ÉOÅ_§9$# ÇÒÑÈ
Artinya :
Apabila kamu
membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan
yang terkutuk. (Q.S AN-Nahl : 98)[21].
Maknanya jika kau ingin membaca Al Quran , maka berlindunglah
kepada Allah[22].
6. Menghormati Al Quran
Hal-hal yang sering kali dilakukan seorang muslim saat seseorang
membaca Al Quran seperti tertawa, bergurau, meremehkan, dan berbicara di
tengah-tengah membaca Al Quran, melihat televise di tengah membaca Al Quran[23]. Padahal
hal yang seperti itu tidak diperbolehkan di dalam Al Quran Allah berfirman,
#sÎ)ur Ìè% ãb#uäöà)ø9$# (#qãèÏJtGó$$sù ¼çms9 (#qçFÅÁRr&ur öNä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇËÉÍÈ
Artinya :
Dan apabila dibacakan
Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar
kamu mendapat rahmat. ( A’raaf : 204)[24]
Maksudnya,
jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil
berdiam diri, baik dalam sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam
shalat berjamaah ma'mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam membaca
ayat-ayat Al Quran.
7. Merendahkan
Hati (Tawadhu)
Ketika membaca dan mendengarkan Al
Quran, dan hendaknya ia khusyu dan merendah di hadapan Allah. Dengan ke khusyukan
nya tersebut dapat maka dapat menggugah hati ketika membaca Al Quran dan ketika
mendengarnya, maka kita melelehkan air mata tatkala kita membaca atau mendengar
ayat-ayat Allah yang mengandung keagungan-Nya, kekuasaannya, siksa Nya dan
pembalasan Nya. Juga meletakkan ayat-ayat Al Quran pada tanggung jawab kita
pada hari kiamat dalam menegakkan agama Allah, hukum-hukum Nya dan
menyampaikannya pada manusia[25].
Cara untuk bisa menangis adalah
menghadirkan hati pada kesedihan. Dari kesedihan timbullah tangis. Dan bentuk
menghadirkan hati pada kesedihan adalah dengan merenungi kekurangan diri dalam
beribadah dan menjalankan perintah-perintah Allah yang ada di dalam Al Quran.
Lalu bersedih dengan tak terelakkan lagi dan menangislah. Jika tetap tidak bisa
bersedih dan menangis sebagaimana yang terjadi pada orang-orang yang memiliki
hati yang jernih,maka menangislah karena tidak bisa bersedih dan menangis atas
hal demikian, karena itu adalah musibah yang paling Agung,
C. Langkah-Langkah
Penggunaan Metode Diskusi Kelompok
Langkah-langkah penggunaan metode
diskusi kelompok sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan. Hal ini
dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing-masing.
Meskipun demikian, secara umum untuk
keperluan pembelajaran di kelas, langkah-langkah metode diskusi dapat
dilaksanakan dengan prosedur yang lebih sederhana. Zakiah Drajat menyebutkan
langkah-langkah umum pelaksanaan metode diskusi
kelompok dalam meningkatkan pengetahuan adab membaca Al Quran sebagai
berikut :
a.
Merumuskan
masalah secara jelas (adab membaca Al Quran)
b.
Dengan
pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan
diskusi (ketua,sekretaris,pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan
sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain :
1) mengatur dan mengarahkan diskusi, 2) mengatur “lalu lintas” pembicaraan.
c.
Melaksanakan
diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan
didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana
bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.
d.
Melaporkan
hasil diskusinya. Hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari
kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
e.
Akhirnya
siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari
tiap kelompok.
H.Abuddin Nata membuat langkah
penggunaan metode diskusi dalam meningkatkan pengetahuan tentang adab membaca
Al Quran melalui tahap-tahap berikut ini.
1.
Tahap persiapan
a.
Merumuskan
tujuan pembelajaran, yaitu meningkatkan pengetahuan tentang adab membaca Al
Quran .
b.
Merumuskan
permasalahan dengan jelas dan ringkas (seperti contoh-contoh adab membaca Al
Quran)
c.
Mempertimbangkan
karakteristik anak yang benar
d.
Menyiapkan
kerangka diskusi yang meliputi:
1) menentukan dan merumuskan aspek-aspek masalah seperti
adab membaca Al Quran, jenis-jenis adab membaca Al Quran, 2) menentukan Alokasi
Waktu, 3) menuliskan garis besar
bahan diskusi, 4) menentukan format susunan tempat, 5) menentukan aturan main
jalannya diskusi.
e.
Menyiapkan
fasilitas diskusi, meliputi :1) menggandakan bahan diskusi, 2) menentukan dan
mendesain tempat, 3) mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2.
Tahap
pelaksanaan
a.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat mengetahui adab membaca Al Quran
b.
Menyampaikan
pokok-pokok pembelajaran
c.
Menjelaskan
prosedur diskusi
d.
Mengatur
kelompok-kelompok diskusi
e.
Melaksanakan
diskusi
3.
Tahap
penutupan
a.
Memberi
kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil
b.
Memberi
kesempatan kelompok untuk menanggapi
c.
Memberikan
umpan balik
d.
Menyimpulkan
hasil diskusi.[26]
Namun untuk mempertahankan
kelangsungan, kelancaran dan efektivitas diskusi kelompok pada materi Adab
membaca Al Quran, guru sebagai pemimpin diskusi memegang peranan menentukan.
Ramayulis, menyebutkan sejumlah
peranan yang harus dimainkan guru sebagai pemimpin diskusi, adalah sebagai
berikut :
a.
Initiating, yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru dalam
melihat masalah yang sedang didiskusikan.
b.
Seeking
information, yakni meminta fakta yang relevan
atau informasi yang otoritarif tentang topic diskusi.
c.
Giving
Information, yakni fakta yang relevan atau
menghubungkan pokok diskusi dengan pengalaman pribadi peserta.
d.
Giving
opinion, yakni memberi pendapat tentang
pokok yang sedang dipertimbangkan kelompok,bisa dalam bentuk menantang konsesus
atau sikap “nrimo” kelompok.
e.
Clarifying, yakni merumuskan kembali pernyataan seseorang memperjelas
pernyataan seseorang anggota.
f.
Elaborating, yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau memberi
contoh atau penerapan.
g.
Controlling, yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata; menyakinkan
bahwa anggota yang perlu bicara, memperoleh giliran bicara.
h.
Encouraging, yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap pernyataan
serta buah pikiran anggota.
i.
Setting
Standards, yakni memberi atau meminta
kelompok menetapkan, criteria untuk menilai urusan anggota.
j.
Harmonizing, yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi dalam
diskusi.
k.
Relieving
Tension, yakni melakukan penyembuhan
setelah terjadinya tegangan.
l.
Coordinating, yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul dalam
diskusi, membantu kelompok mengembangkan gagasan.
m.
Orientating, yakni menyampaikan posisi yang telah dicapai kelompok
dalam diskusi dan mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.
n.
Testing, yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah yang
seharusnya dicapai.
o.
Consensus
Testing, menilai tingkat kesepakatan yang
telah dicapai dan menghindarkan perbedaan pandangan.
D. Hipotesa
Berdasarkan permasalahan dan tujuan
yang ada diatas maka asumsi dan hipotesa peneliti pada pelajaran Akidah Akhlak
dengan pokok pembahasan adalah adab membaca Al Quran, dilakukan dengan
mengimplementasikan metode diskusi kelompok di duga akan meningkatkan
pengetahuan siswa terhadap adab membaca Al Quran bagi siswa kelas VII MTs.Al Badar Kota
Tanjugbalai.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Lokasi Penelitian
Penelitan tindakan
kelas yang berjudul “ Meningkatkan Pengetahuan Tentang Adab Membaca Al Quran
Melalui Metode Diskusi Kelompok Bagi Siswa Kelas VII MTs Al Badar Kota
Tanjungbalai”. Di laksanakan di kelas VII MTs Al Badar , Alamat : Jl. Hj.
Syarifah, Lingkungan VI, Kel. Sei Raja, Kec. Sei Tualang Raso Kota
Tanjungbalai.
B.
Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VII MTs Al Badar Kota
Tanjungbalai tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 21 .
C.
Prosedur Kerja dalam Penelitian
Dalam sebuah penelitian tindakan terdapat beberapa siklus. Siklus
yang satu selalu terkait dengan siklus berikutnya. Satu siklus dalam penelitian
tipe ini minimal terdiri dari tindakan dan refleksi. Refleksi merupakan bagian
yang sangat penting dalam satu siklus. Hasil refleksi tersebut sangat berguna
untuk merencanakan siklus berikutnya. Hasil refleksi pada siklus yang pertama
akan menjadi bahan perencanaan dalam siklus yang kedua dan begitu seterusnya
sehingga terbentuk beberapa siklus yang saling terkait dalam satu penelitian
tindakan.[1] Prof.
Suharsimi Arikunto menjelaskan siklus penelitian tindakan akan dipaparkan dalam
bagan dibawah in:
Tindakan
|
Refleksi
|
Siklus II
|
Perencanaan
|
Pengamatan
|
Tindakan
|
Refleksi
|
Siklus I
|
Pengamatan
|
Perencanaan
|
?
|
3.1 Bagan Siklus Penelitan
1.
Siklus I
Siklus ini dimaksudkan untuk melakukan pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi kelompok, selain itu siklus I digunakan sebagai komparasi
atau pembanding dengan pembelajaran pada siklus II. Langkah-langkah yang
digunakan dalam siklus I adalah sebagai berikut :
a.
Perencanaan
Pada siklus I peneliti menyusun rencana pembelajaran yang berisi 1)
judul, yang meliputi jenis mata pelajaran, jenjang pendidikan, tema, kelas,
semester,alokasi waktu, 2) scenario pembelajaran, meliputi kegaitan,
pendahuluan, kegiatan inti, penutup, 3) alat dan bahan 4) strategi
pembelajaran, 5) sarana dan sumber belajar 6) jenis penelitian.
b.
Tindakan
Langkah awal tahap ini adalah guru mengadakan kegiatan apersepsi
singkat dengan memperkenalkan materi adab membaca Al Quran, serta metode
diskusi kelompok yang akan digunakan. Guru menunjuk 1 orang siswa untuk maju ke
depan, berdiskusi tentang materi adab membaca Al Quran dan siswa yang lain
mengamati kelompok yang telah maju di depan, Tugas guru mengarahkan jalannya
diskusi serta membimbing membuat simpulan. Selanjutnya guru mengevaluasi siswa
terhadap proses pembelajaran dengan memberikan post tes.
c.
Pengamatan
Peneliti mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran
berlangsung, yaitu mengamati sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran .
keaktifan siswa dalam bertanya dan menanggapi pendapat teman serta keseriusan
dalam mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir.
d.
Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan dengan berdasarkan atas
hasil penggunaan metode diskusi kelompok pada materi adab membaca Al Quran
selama mengikuti proses pembelajaran. Sejauh mana siswa aktif berinteraksi
antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa dan melihat kemampuan
menyebutkan adab membaca Al Quran yang
terdapat dalam buku teks dapat diketahui bahwa sebagian siswa masih merasa
kesulitan pada saat menyebutkan adab membaca Al Quran yang terdapat dalam buku
teks .
Analisa terhadap hasil kegiatan menyebutkan adab membaca Al Quran
pada siklus I ini akan digunakan sebagai pembanding dalam tindakan siklus II.
2.
Siklus II
Siklus II ini dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengetahui adab membaca Al Quran dan sekaligus digunakan untuk
mengetahui peran serta siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Penilaian
proses dan penilaian hasil ini merupakan satu kesatuan yang dijadikan bahan
acuan peneliti untuk mengetahui peningkatan kemampuan dan perubahan perilaku
belajar siswa dalam menyebutkan adab membaca Al Quran.
a.
Perencanaan
Pada siklus II peneliti menyusun rencana pembelajaran yang berisi
1) judul, yang meliputi jenis mata pelajaran, jenjang pendidikan, tema, kelas,
semester, alokasi waktu, 2) scenario pembelajaran meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, penutup, 3) alat dan bahan, 4) strategi
pembelajaran 5) sarana dan sumber belajar, 6) jenis penilaian
b.
Tindakan
Langkah awal yang dilakukan dalam siklus II ini tidak jauh berbeda
dengan siklus I. setelah mengetahui kekurangan yang terdapat dalam siklus I,
peneliti akan mencoba memperbaiki pada siklus II untuk menghindari kesalahan
yang sama dalam siklus I. berdasarkan hasil tindakan siklus I diketahui bahwa
siswa masih merasa kesulitan dalam menyebutkan adab membaca Al Quran beserta
dalil dan hikmah yang ada pada materi tersebut dan banyak siswa yang kurang
aktif dalam berdiskusi. Bagian-bagian yang masih sulit dipahami oleh siswa
menjadi perhatian peneliti untuk tindak lanjuti dalam siklus II. Kegiatan yang
dilakukan sama dengan kegiatan yang telah dilakukan pada siklus I. akan tetapi
pada tindakan siklus II ini peneliti lebih memfokuskan pada data hasil ulangan
pos tes siklus II. Dalam siklus II ini peneliti masih menggunakan metode
diskusi kelompok, guru sebagai pemimpin diskusi.
Sebelum pembelajaran berakhir guru memberitahukan manfaat yang
diperoleh dari kegiatan diskusi kelompok yang telah selesai dilaksanakan .
c.
Pengamatan
Dalam siklus II ini peneliti juga mengamati segala perilaku siswa
selama mengikuti pembelajaran. Apakah siswa lebih aktif dan antusias dalam
mengikuti pembelajaran tersebut. Dengan begitu peneliti mengetahui peningkatan
minat siswa dalam mengikuti pembelajaran untuk mengetahui adab membaca Al
Quran. Peneliti berharap pada siklus II
ini ada peningkatan kemampuan dan perubahan perilaku belajar siswa dalam
menyebutkan apa saja yang termasuk adab
membaca Al Quran.
d.
Refleksi
Pada siklus II ini peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap
kinerja siswa. Analisa kinerja siswa ini meliputi sejauh mana siswa aktif dan
antusias dalam mengikuti berlangsungnya diskusi.
Setelah menganalisis siklus II selesai peneliti kemudian
membandingkan hasil siklus I dengan siklus II. Dengan demikian permasalahan
peningkatan kemampuan dan perubahan perilaku belajar siswa dalam mengetahui
adab membaca Al Quran dapat diketahui.
D.
Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data tentang semua proses pembelajaran, jadi bukan hanya proses
tindakan saja. instrument yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
penilaian tes dan observasi. Instrument ini digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan dan perilaku belajar siswa dalam mendiskusikan adab membaca Al Quran.
1.
Instrument Tes
Tes diberikan untuk
mengumpulkan hasil penelitian. Tes awal diberikan untuk mengetahui hasil
kemampuan siswa mengenai adab membaca Al Quran dengan menggunakan metode
diskusi kelompok . tes juga diberikan pada akhir siklus untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa mengetahui
adab membaca Al Quran. Adapun tehnik penilaian dari tes tersebut adalah
Tabel 3.1. Penilaian dalam Mengetahui
Adab Membaca Al Quran
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
1.
|
Setiap jawaban benar
|
20
|
2.
|
Semua jawaban benar
|
100
|
2.
Instrument Nontes
Instrument nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, pedoman wawancara, pedoman jurnal dan pedoman dokumentasi foto.
a.
Pedoman Observasi
Pedoman observasi memuat segala tingkah laku siswa selama
pembelajaran adab membaca Al Quran dengan menggunakan metode diskusi kelompok
,adapun aspek yang diamati :
Tabel 3.2. Observasi Aktifitas Siswa Pada Kegiatan Belajar
No
|
Aspek yang diamati
|
Frekuensi
|
%
|
I
II
|
Motivasi siswa mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru :
1)
Mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru
2)
Memperhatikan jalannya metode
berlangsung
3)
Mengajukan pertanyaan jika
mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
Keaktifan
siswa selama proses pembelajaran
Akidah Akhlak dari sampai akhir
1)
Aktif dalam pelajaran akidah
akhlak
2)
Bercerita sama teman sebangku
3)
Berusaha melihat pekerjaan teman
4)
Bermain-main
5)
Izin ke kamar kecil
|
Tabel 3.3.
Observasi Pengamatan Kegiatan Guru
No
|
Objek yang
Diamati
|
Ya
|
Tidak
|
1.
|
Guru dengan baik memberikan penjelasan
|
||
2.
|
Guru dengan baik mengamati diskusi kelompok siswa
|
||
3.
|
Guru mengajak siswa menyusun kreteria diskusi kelompok
|
||
4.
|
Guru dengan baik mengamati jalannya diskusi kelompok
|
||
5.
|
Guru dengan baik mengarahkan siswa berdiskusi
|
||
6.
|
Guru dengan baik mengajak siswa menyimpulkan hasil diskusi
|
||
7.
|
Guru dengan baik menutup pembelajaran
|
||
8.
|
Guru dengan baik melaksanakan refleksi
|
||
9.
|
Guru dengan baik melaksanakan siklus
|
Data yang harus direkam dengan lembar pengamatan atau lembar
observasi minimal , meliputi 1) kegiatan guru sebelum mulai tindakan sampai
dengan selesai tindakan, 2) kegiatan siswa mulai dari mendengarkan penjelasan
guru sampai dengan selesai tindakan, bahkan sampai selesai evaluasi hasil
pembelajaran.
b.
Pedoman Jurnal
Pedoman jurnal yang dibuat, yaitu pedoman jurnal siswa dan guru.
Jurnal guru memuat segala sesuatu yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Pedoman jurnal siswa digunakan untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi
pada saat proses pembelajaran berlangsung dan untuk mengungkapkan kesulitan
yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran adab membaca Al Quran dengan
menggunakan metode diskusi.adapun daftar jurnal guru dan siswa sebagai berikut:
Tabel 3.4. Jurnal Guru
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Pendapat Guru
|
1.
|
Pengalaman apa yang diperoleh guru saat proses pembelajaran
berlangsung
|
|
2.
|
Apa yang menarik dari pelajaran Akidah Akhlak mengenai adab
membaca Al Quran
|
|
3.
|
Apa kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari adab membaca Al
Quran
|
|
4.
|
Apa yang guru dapat lakukan untuk mengatasi kesulitan dalam
mengetahui adab membaca Al Quran
|
Tabel 3.5. Jurnal Siswa
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Pendapat Siswa
|
Frekuensi
|
%
|
1.
|
Pengalaman
apa yang kamu dapat setelah melakukan proses diskusi kelompok dilakukan
menganai adab membaca Al Quran.
|
|||
2.
|
Apa
yang kamu ketahui mengenai adab membaca Al Quran
|
|||
3.
|
Apa
yang belum kamu ketahui mengenai adab membaca Al Quran dengan menyebutkan
alasan dan kendalanya
|
|||
4.
|
Cara
untuk mengatasi
|
|||
5.
|
Upaya
pengayaan
|
c.
Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi atau
pendapat siswa tentang pembelajaran adab membaca Al Quran dengan menggunakan
metode diskusi kelompok. Dalam pedoman wawancara ini, hal-hal yang ditanyakan,
yaitu 1) pendapat siswa mengenai pembelajaran yang telah berlangsung, 2)
pendapat siswa tentang penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran, 3) peranan
siswa ketika diminta untuk mendiskusikann materi adab membaca Al Quran di depan
kelas 4) kesulitan yang dialami oleh siswa selama mengikuti pembelajaran, 5)
manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran,
d.
Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto memuat tentang rekaman berbagai tingkah laku siswa
selama penelitian berlangsung secara visual dari awal hingga akhir pembelajaran
yang dilakukan . hal-hal yang perlu didokumentasikan adalah, 1) kegiatan siswa
sedang melakukan diskusi kelompok, 2) guru membimbing ssiwa untuk membuat
kesimpulan dari hasil diskusi, 3) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyamaikan gagasan dari kesimpulan masing-masing tiap kelompok, 4) guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan Tanya jawab.
E.
Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data dilakukan secara Kualitatif dan Kuantitatif.
1.
Teknik Kualitatif
Tehnik kuantitatif ini diperoleh dari data non tes, yaitu :
observasi, wawancara, jurnal, dan dokumnetasi foto. Data obervasi dan jurnal
kegiatan siswa yang kemudian dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek yang
diteliti. Dalam hal ini, data observasi dan jurnal digunakan untuk memilih
siswa yang mengalami kesulitan untuk dijadikan responden dalam wawancara. Data
wawancara berfungsi untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dengan
melakukan pendekatan melalui wawancara siswa akan lebih berani mengemukakan
permasalahannya mengenai kemampuan mengetahui adab membaca Al Quran.
Dengan demikian peneliti akan lebih mengetahui kesulitan siswa
sehingga dapat mencari jalan terbaik untuk mengatasinya dalam upaya
meningkatkan kemampuan adab membaca Al Quran. Sementara itu, data yang berupa
foto digunakan sebagai bukti otentik proses pembelajaran dan ketika siswa
sedang diwawancarai. Data ini memberikan gambaran yang jelas akan penerapan
pembelajaran kemampuan menyebutkan adab membaca Al Quran.
2.
Tehnik Kuantitatif
Tehnik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data dalam
penelitian ini didasarkan pada hasil tes yang dilakukukan sebanyak dua kali,
yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Adapun langkah penghitungannya
adalah dengan menghitung skor yang diperoleh siswa, menghitung skor kumulatif
dari aspek, menghitung skor rata-rata, menghitung nilai, menghitung nilai
rata-rata, dan menghitung nilai persentase dengan rumus sebagai berikut :
Untuk menganalisis hasil observasi terhadap pelaksanaan kegiatan belajar
dari guru ditentukan dengan mendeskripsikan atau menguraikan setiap aspek
pengamatan. Analisis data observasi ini dilakukan untuk mengetahui berhasil
atau tidaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dilihat
dari seberapa besar keberhasilan yang dicapai dilihat dari aktivitas belajar
siswa secara klasikal dengan rumus:
SP = SK x 100
R
Keterangan :
SP = Skor Presentase
SK = Skor Kumulatif
R = Jumlah Responden
Hasil perhitungan siswa dari masing-masing tes ini kemudian
dibandingkan antara siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran
mengenai persentase peningkatan kemampuan siswa dalam mengetahui adab membaca
Al Quran melalui metode diskusi kelompok
[6] JJ. Hasibuan, Proses Belajar Mengajar,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002) h. 23-24.
[7]
Robert E. Slavin, Cooperative Learning(Teori, Riset dan Praktik),
(Bandung : Nusa Media, 2005), h. 218-220.
[8]
Dapartemen
Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, (Bandung : PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), h. 71.
[9]
M. Abdul Qadir Abu Faris, Menyucikan
Jiwa, (Jakarta : Gema Insani, 2005), h.80.
[10] A’idh Bin Abdullah Al-Qarni, 391 Hadist Pilihan Mendasari
Kehidupan Sehari-hari, (Jakarta: Darul Haq, 2007), h.182.
[11] Ibid, h. 173.
[12] Ibid, h. 181.
[16] Dapartemen Agama RI, Op Cit, h.75.
[20] Imam
Al Gzhali, Ihya ‘Ulumuddin (Ibadah, Dzikir, Doa-Doa), (Bandung: Penerbit
Marja, 2014), h. 29.
[27] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam,
(Jakarta : Kalam Mulia, 2007), h. 254.
[1]
Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2014), h. 19.
[2]
Ibid, h. 27.
[4]
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, “Undang-Undang Guru dan Dosen”,
(Bandung : Fokus Media, 2011), h. 2.
[5]
Peabody College, Vanderbilt University, “Manajemen Kelas Untuk Guru
Sekolah Dasar”, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), h.152
[6]
Zuhairini, Metode Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981),
h. 104.
[7] Ibid, h. 95
[8]
Suharsimi Arkikunto, Suhardjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), h. 62.
[9] Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 250.
[10] Bambang Marhijanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Masa Kini, ( Surabaya : Terbit Terang , 1999), h. 297.